Jumat, 20 April 2012

SEJARAH MUNCULNYA EKSTRIMISME


SEJARAH MUNCULNYA EKSTRIMISME
Ust. Asy`ari Masduki, MA

Ekstrimisme adalah sebuah ungkapan untuk menyebut tindakan orang yang menentang syara’ yang mengambil posisi yang sangat tajam di antara salah satu dari dua sisi yang saling bertentangan, masing-masing dari keduanya bertujuan untuk merealisasikan tujuan-tujuan tertentu, atau merubah status sosial tertentu dengan cara yang bertentangan dengan agama.
Akidah Islam yang dibawa oleh setiap nabi adalah jelas dan mudah. Yaitu akidah yang sesuai dengan fitrah yang sehat yang Allah jadikan pada manusia dan dapat diterima oleh akal yang bersih dari unsur fanatisme. Kalimah syahadat adalah barometer yang Allah ta’ala dan Rasul-Nya jadikan sebagai bukti/dalil terhadap akidah ini.
Di antara kandungan syahadat adalah iman bahwa alam semesta ada penciptanya yang maha bijaksana, maha kuasa dan maha mengatur, dan bahwa Allah melakukan apa yang Ia kehendaki dan menetapkan hukum sesuai dengan yang Ia kehendaki, tidak ada sesuatu yang menyerupai Nya dari satu segi maupun semua segi, Allah bukan benda, bukan gambar, tidak disifati dengan sifat makhluk dan ada tanpa tempat. Dan bahwa Allah ta’ala memilih sebagian hamba-Nya yang Ia kehendaki yaitu para rasul dan nabi. Allah ta’ala mengutus mereka untuk bertabligh pada umat manusia, memberi kabar gembira pada mereka yang beriman dengan surga dan memberikan peringatan pada mereka yang kafir dengan siksa neraka. Allah menjaga mereka dari perbuatan kufur, dosa besar dan dosa kecil yang mengandung kerendahan jiwa pelakunya, perbuatan-perbutan rendah dan ucapan-ucapan kotor. Dan juga termasuk kandungan syahadat adalah iman bahwa Muhammad bin Abdullah al Qurasyi al Hasyimiy adalah Rasulullah pada seluruh manusia dan jin. 
Dengan sebab dakwah beliau, telah masuk Islam orang-orang yang bersih hatinya dalam menerima ajaran Rasululah -shallallahu ‘alaihi wasallam-. Mereka berpegang teguh dengan ajaran Rasulullah dengan pegangan yang kuat. Mereka berkorban dengan jiwa dan harta untuk Rasulullah. Bahkan di antara  mereka ada yang bersedia untuk disiksa dengan berbagai macam siksaan untuk keselamatan Rasul yang mulia.
Namun di sisi lain, ada juga sekelompok orang yang masuk Islam, tetapi hati mereka tidak ridha dengan Islam.

Pertama: sekelompok orang-orang yang menisbatkan diri pada Islam karena masuknya kaum mereka pada agama Islam -ketika datang penakhlukan dan kemenangan Allah-. Mereka menisbatkan diri pada Islam karena taqlid (ikut-ikutan) dan menyesuaikan diri dengan mayoritas. Namun  hati mereka tidak ridha dengan ajaran-ajaran Islam, hati mereka tidak bersih dari pengaruh-pengaruh kejahiliahan dan kotorannya. Bagi mereka, kemenangan dakwah Islam atau tidak adalah sama, tidak ada bedanya.

Kedua: Sekelompok orang-orang awam non muslim yang menisbatkan diri secara batil pada agama Islam pada hari kemenangan Islam yang telah mampu menundukkan dua Negara besar Yunani dan Persia. Mereka melakukan itu, sebagai pelarian dari pengamalan hukum Islam pada orang yang tetap pada agamanya. Keceriaan agama ini tidak dapat menyatu dengan hati mereka, akar-akar dendam dan kebencian  juga tidak dapat terlepas dari hati mereka. Akidah agama mereka tidak luntur dari diri mereka.

Ketiga: Kelompok dari para pemikir agama-agama non Islam dan para penipu di antara mereka. Mereka menampakan diri masuk ke dalam agama Islam, padahal mereka menyembunyikan tipuan dan pengkhianatan dalam diri mereka. Mereka mencari kesempatan untuk menjatuhkan agama  Islam yang kekuasaannya telah tersebar di belahan bumi yang luas ketika itu. 

Setelah meninggalnya Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- mulai terjadi penyimpangan-penyimpangan pemikiran (ekstrimisme) dalam Islam. Pada awalnya terjadi fitnah orang-orang murtad dan Musailamah al Kadzdzab dan berhasil ditumpas oleh Al Khalifah ar Rasyid Sayyidina Abu Bakar ash Shiddiq –radhiyallahu ‘anhu-. Kemudian terjadi fitnah orang-orang yang menurunkan al khalifah ar Rasyid Sayyidina Utsman ibn Affan -radhiyallahu ‘anhu-. Semenjak itu terbukalah pintu fitnah yang semakin luas, dan menggugah keberanian tangan-tangan para ekstrimis untuk membunuh beliau.
Setelah itu terjadi peperangan para pemberontak yang membangkang pada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib -karramallahu wajhah-. Selanjutnya pada masa sahabat generasi akhir terjadi juga pemahaman yang keluar dari kebenaran seperti Ma’bad al Juhani dan al Ja’du bin Dirham yang keduanya menyeleweng dalam masalah qadar dan menafikan kemampuan (qudrah) dari Allah setelah Allah menciptakan kemampuan pada manusia.
Di antara fenomena terbesar yang muncul pada masa awal adalah fitnah Khawarij yang mengkafirkan imam Ali -karramallahu wajhah-, Mu’awiyah dan dua orang hakim (yang melaksanakan tahkim) yaitu Abu Musa al Asy’ari dan Amr bin al Ash dengan sebab tahkim tersebut. Mereka juga mengkafirkan orang-orang yang ikut perang Jamal yaitu Thalhah, Zubair, Aisyah dan setiap orang yang ridha dengan tahkim dua hakim tersebut. Sebagaimana juga mereka mengkafirkan umat Islam yang melakukan dosa besar, baik dosa kecil ataupun dosa besar. Imam Ali -Radhiyallahu ‘anhu- memerangi mereka dalam perang Nahrawan. Sayyidina Ali -radhiyallahu ‘anhu- dibunuh secara dhalim di tangan salah seorang Khawarij yaitu Abdurrahman bin Muljam.
Pada zaman sayyidina Ali bin Abi Thalib –semoga Allah  meridhainya- sebagian orang Sabaiyyah mengatakan pada sayyidina Ali -karramallahu wajhah- (semoga Allah melindungi kita dari buruknya pekataan ini) : “Engkau adalah tuhan kami dan pencipta kami dan pemberi rizki kami”. Kemudian imam Ali –rahimahullah- membakar sebagian di antara mereka setelah sebelumnya diminta untuk bertaubat. Sayyidina Ali juga menafikan Abdullah bin Saba’.
Kemudian setelah itu, terjadi lagi fitnah kelompok Muktazilah Qadariyah yang mengingkari taqdir Allah terhadap keburukan, mereka mengatakan: “Sesungguhnya manusia itu menciptakan perbuatannya”. Karena perkataannya ini maka para ulama Ahlussunnah mengkafirkan mereka.
Kemudian muncul kelompok Murjiah yang mengatakan –semoga Allah melindungi kita-: “dosa tidak membahayakan dengan adanya keimanan sebagaimana ketaatan tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran”. Perkataan mereka “ketaatan tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran” adalah perkataan yang benar. Sedangkan perkataan yang pertama : “dosa tidak membahayakan dengan adanya keimanan” adalah perkataan yang rusak dan bertentangan dengan ijma’ umat Islam.
Kemudian juga muncul kelompok Jabriyah yang mengatakan –semoga Allah melindungi kita- : “pada hakikatnya tidak ada perbuatan dan tidak ada kehendak bagi seorang hamba dalam perbuatan-perbuatan mereka”. Mereka menafikan masyiah (kehendak) manusia dan menjadikan manusia seperti bulu dalam hembusan angin.
Pada masa al imam Hasan al Bashri –semoga Allah meridhainya- terjadi pertentangan Washil bin ‘Atha dalam masalah qadar dan manzilah baina al manzilataini (yakni perkataan mereka: “umat Islam yang melakukan dosa besar tidak masuk neraka dan juga tidak masuk surga di akhirat”). Kemudian Amr bin Ubaid bergabung dengannya dalam masalah qadar dan al manzilah baina al manzilataini, sehingga al Hasan kemudian mengusir keduanya dari majlis beliau. Kedua orang tersebut kemudian menyendiri ke sebuah pojokan dari pojokan-pojokan yang ada di dalam masjid Bashrah. Sehingga keduanya dan para pengikutnya disebut dengan Muktazilah, karena pemisahan diri mereka terhadap pendapat umat Islam dan klaim keduanya yang rusak bahwa orang fasik dari umat Muhammad bukan mukmin juga bukan kafir. Mereka adalah Qadariyah karena Washil bin Atha telah kufur dalam masalah qadar dengan perkataannya tentang adanya dua pencipta selain Allah terhadap perbuatan manusia.
Selanjutnya pada masa al Khalifah al Muqtadir Billah al Abbasiy muncul al Husain bin Manshur al Hallaj yang mengaku-ngaku sebagai ahli tasawwuf, padahal tasawwuf yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan dia. Dia memiliki para pengikut yang mengikuti ajarannya yang rusak. Kemudian Khalifah membunuhnya,  namun para muridnya mengklaim secara bohong bahwa ketika dibunuh darah al Hallaj mengalir di atas bumi dan menulis kalimat “Laa ilaaha illa Allah al Hallaj Waliyyu Allah”.
Dalam sepanjang sejarah Islam, para ekstrimis adalah kelompok minoritas yang hina, terbuang dan terusir dari mayoritas umat Islam. Al hamdulillah, umat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- tidak berkumpul pada kesesatan.
Pada akhir abad 20 di sebagian Negara Islam muncul para pemuda yang menganut madzhab Khawarij. Mereka meyakini kekufuran orang yang melakukan salah satu kemaksiatan. Bahkan di antara mereka ada yang mengkafirkan seluruh umat Islam, meskipun mereka shalat, puasa, mengeluarkan zakat dan menunaikan haji, hanya karena mereka bukan jama’ah mereka. Mereka menghukumi masyarakat muslim masa sekarang sebagai masyarakat Jahiliyah. Selanjutnya mereka menghukumi negara mereka dengan Negara kafir. Mereka mengkafirkan penguasa dan rakyatnya, dengan berdalil firman Allah ta’ala:
ÿ3 žcÎ) šcöqtãöÏù z`»yJ»ydur $yJèdyŠqãZã_ur (#qçR$Ÿ2 šúüÏ«ÏÜ»yz ÇÑÈ     
Maknanya: “Sesungguhnya Fir'aun dan Ha- man beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah”.
Sesungguhnya ekstrimisme yang ada pada komunitas-komunitas ini adalah kepanjangan tangan dari akar-akar yang telah dimulai dari Khawarij dan friksi-friksinya yang sangat bahaya. Karena dasar mereka adalah pemikiran hakimiyah, teori ini mengatakan bahwa orang yang menggunakan hukum dengan selain Islam meskipun dalam satu masalah maka dia kafir secara mutlak tanpa ada pemilahan. Seseorang yang mau merenung, maka ia tidak akan menemukan masa lalu bagi mereka kecuali satu kelompok yang disebut dengan Baihasiyah yang memencil dari seluruh friksi-friksi Khawarij dengan pekataan mereka: “Sesungguhnya seorang raja apabila berhukum dengan selain hukum syara’ maka dia menjadi kafir dan rakyatnya menjadi kafir, baik rakyat yang mau mengikuti raja itu ataupun rakyat yang tidak mau mengikutinya”.
Berdasarkan uraian singkat sejarah munculnya pemikiran ekstrim dalam Islam, dapat disimpulkan bahwa pemikiran ekstrimisme dari masa ke masa sesungguhnya sama saja, ajaran mereka hanya pengulangan yang telah diyakini kelompok ekstrim pada masa sebelumnya dan yang berubah hanyalah nama-namanya saja. 

0 komentar:

Posting Komentar