Masjid Agung AN NUUR Kab. Kediri

Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 15 Juni 2012

Momentum Peringatan Isra` Mi’raj Untuk Meningkatkan Kwalitas Shalat


Momentum Peringatan Isra` Mi’raj
Untuk
Meningkatkan Kwalitas Shalat
 oleh : Ust. Asy`ari Masduki, MA

Pada peristiwa Mi’raj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar kalam Allah yang dzati (bukan bahasa, huruf dan suara). Di antara yang beliau pahami adalah di syari’atkannya ibadah shalat lima waktu.
Shalat lima waktu adalah perbuatan yang paling mulia dan kewajiban yang paling wajib setelah iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Shalat adalah ibadah yang sangat agung, barang siapa yang melaksanakannya dengan sempurna maka dia akan mendapatkan pahala yang sangat besar, Allah akan memasukkannya ke dalam surga, melimpahkan pengampunan, rahmat, keberkahan dan derajat yang sangat tinggi kepadanya. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللهُ عَلَى اْلعِبَادِ مَنْ أَتَى بِهِنَّ بِتَمَامِهِنَّ كَانَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ وَمَنْ لمَ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ أنْ يُدْخِلَهُ الجنَّةَ إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ إِنْ شَاءَ أَدْخَلَهُ الجنَّةَ
“Allah telah mewajibkan 5 shalat terhadap para hamba-Nya, barang siapa yang melaksanakannya dengan sempurna maka Allah berjanji kepadanya untuk memasukkannya ke dalam surga dan barang siapa yang tidak mau melaksanakannya, maka Allah tidak berjanji kepadanya untuk memasukkannya ke dalam surga, apabila Allah berkehendak mengadzab maka Ia akan mengadzabnya dan jika Ia berkehendak memasukkannya ke dalam surga maka Ia memasukkannya ke dalam surga” (H.R Ahmad)
            Momentum peringatan Isra’ dan Mi’raj sudah seharusnya apabila digunakan sebagai tonggak untuk meningkatkan kwalitas shalat. Modal dasar shalat yang berkwalitas adalah apabila dikerjakan dengan benar, sesuai dengan syarat dan rukunnya. Namun, lebih dari itu shalat tersebut juga harus memenuhi syuruth qabul as shalah (syarat diterimanya shalat), yaitu:
1.      Ikhlash
Ikhlas dalam shalat artinya menjalankan shalat hanya semata-mata karena Allah (untuk mencari ridha Allah -pahala dan surga Allah- atau untuk menjalankan kewajiban dari Allah), bukan karena manusia (untuk mencari pujian, penghormatan, kemasyhuran dari manusia).
Allah mengancam dengan adzab yang sangat pedih kepada orang-orang yang mengerjakan shalat dengan tidak ikhlas atau dengan riya’. Allah ta’ala berfirman:
فويل للمصلين الذين هم عن صلاتهم ساهون الذين هم يراءون ويمنعون الماعون
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna” (Q.S al Maa’uun: 4-7)

2.      Makanan, Pakaian dan tempat shalat mesti halal
Kesempurnaan shalat seseorang juga ditentukan oleh makanan yang ada di dalam perutnya ketika shalat, serta pakaian dan tempat yang digunakan untuk melaksanakan shalat, seluruhnya harus berasal dari rizki yang halal. Seseorang yang menjalankan shalat, sedangkan di dalam perutnya masih ada makanan yang haram (misalnya hasil riba, curian, atau korupsi), maka shalatnya tidak akan diterima oleh Allah. Demikain juga seseorang yang menjalankan shalat dengan menggunakan pakain yang haram atau ditempat yang dia ghashab (diambil dengan batil dari orang lain), maka shalatnya tidak membuahkan pahala dari Allah ta’ala.
Dengan demikian, sangat penting bagi setiap muslim untuk mencari rizki yang halal. Karena makanan yang haram selain dapat menghilangkan pahala shalat, makanan haram juga dapat merubah hati seseorang menjadi hitam dan keras, sehingga sulit untuk dapat menerima hidayah, taufik, nasehat serta kebaikan.
3.      Khusyu’ meski hanya sebentar
Kekhusyu’an ketika shalat juga menentukan kwalitas shalat seseorang. Semakin lama seseorang khusyu di dalam shalatnya, maka semakin banyak pahala shalatnya. Sebaliknya, semakin sedikit khusyu’nya maka semakin sedikit pula pahala shalatnya. Khusyu’ artinya menghadirkan rasa cinta, takut atau pengagungan kepada Allah di dalam hati ketika menjalankan shalat.   Khusyu’ bukan berarti membayangkan atau memikirkan dzat Allah, karena Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, Allah bukan benda dan tidak disifati dengan sifat benda, sehingga Allah tidak dapat dibayangkan dan tidak terjangkau oleh akal manusia. Imam Ahmad bin Hanbal dan al imam Dzun Nun al Mishriy mengatakan:
مَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللهُ بِخِلَافِ ذَلِكَ
“Apapun yang terlintas dalam hati kamu tentang Allah maka Allah tidak seperti itu” (Diriwayatkan oleh Abu al Fadl at Tamimi dan al Khathib al Baghdadi)
Orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dia akan mendapatkan keberuntungan di akhirat. Allah ta’ala berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ اْلمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُوْنَ
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang dalam shalatnya khusyu”  (Q.S al Mukminun: 1-2)
Setidaknya ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menghadirkan kekhusyu’an dalam hati, yaitu:
a.       Menghayati makna bacaan yang sedang dibaca, karena seluruh bacaan yang ada di dalam shalat baik berupa ayat-ayat al Qur’an maupun do’a-do’a mengandung makna cinta, takut, pengagungan dan ketundukan kepada Allah ta’ala.
b.      Menanamkan keyakinan dalam hati -sesaat sebelum memulai shalat-, bahwa shalat yang akan ia kerjakan adalah shalat yang terakhir dan dia akan mati setelahnya. Dengan begitu diharapkan akan muncul perasaan takut yang mendalam kepada adzab Allah ta’ala di akhirat, dan harapan yang tulus terhadap ampunan Allah ta’ala.

Selasa, 12 Juni 2012