Masjid Agung AN NUUR Kab. Kediri

Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 16 Maret 2012

KEWAJIBAN - KEWAJIABAN HATI


KEWAJIBAN - KEWAJIABAN HATI
Ust. Asy`ari Masduki, MA



أَلاَ إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ اْلجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَد َالْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ اْلقَلْبُ
“Ketahulilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal darah, apabila dia baik maka seluruh jasad akan menjadi baik dan apabila dia rusak maka seluruh jasad akan menjadi rusak, ketahuilah dia adalah hati” (Muttafaq ‘Alaihi)

Berdasarkan hadits di atas dapat diketahui bahwa hati adalah pemimpin anggota badan manusia lainnya, sehingga hati menjadi penentu baik buruknya seseorang. Mengingat begitu pentingnya peran hati bagi manusia, maka pada pada edisi kali ini akan diuraikan tentang kewajiban-kewajiban hati, agar kita dapat menata hati dengan benar yaitu:

1.      Ikhlas
Di antara kewajiban hati adalah ikhlas dalam beramal ketaatan. Ikhlas artinya memurnikan niat dari keinginan untuk mendapatkan pujian dan penghormatan dari orang lain ketika melakukan suatu amal sholih. Allah ta’ala berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
 “Barangsiapa yang menginginkan liqa (ridla) Allah maka hendaknya dia beramal shalih janganlah ia mensekutukan dengan seorangpun ketika melakukan amal ibadah kepada Tuhan-nya” (surat …..:110)

Dalam ayat ini terdapat larangan untuk berbuat riya’ karena riya adalah syirik kecil yaitu dosanya sangat  besar sekali. Al-imam al-Hakim meriwayatkan dalam kitabnya al-Mustadrok bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اتَّقُوا الرِّيَاءَ فَإِنَّهُ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ
 “Jauhilah riya’, karena sesungguhnya ia adalah syirik kecil” (Dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh azl-Zlahabi)

2.       Tawakkal
      Allah ta’ala berfirman:
وَعَلىَ اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ
 “Dan terhadap Allah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal” (Q.S al-Mujadalah: 10)
Tawakkal adalah berpasrah diri, maka merupakan suatu hal yang diwajibkan kepada setiap hamba untuk berpasrah diri secara total hanya kepada Allah, karena hanya Allah yang menciptakan semua makhluk baik berupa suatu hal yang bermanfaat ataupun hal yang membahayakan serta semua makhluk yang ada. Jika seorang hamba telah meyakini hal ini dan memantapkan hatinya pada keyakinan ini, maka niscaya hatinya akan tenang dan ia akan bertawakkal kepada Allah dalam segala hal baik masalah rizki, keselamatan dari bencana dan lain-lain.
Jadi pengertian tawakkal secara umum adalah memasrahkan semua hal kepada Allah dan meyakini hal itu serta melakukan sebab-sebab menuju hal tersebut.

3.       Al Muraqabah Lillah
Al muraqabah lillah adalah senantiasa menghadirkan di dalam hati rasa takut kepada Allah dengan cara menjahui semua hal yang menyebabkan ia lalai dari melakukan hal-hal yang diwajibkan kepada hamba. Sebab itulah ketika seseorang memasuki usia taklif untuk pertama kalinya maka diwajibkan kepadanya untuk berniat dan bertekad bulat bahwa ia akan melakukan semua hal yang diwajibkan Allah atas setiap hamba yaitu melakukan semua kewajiban yang diembankan atasnya serta menjauhi semua hal yang di haramkan.
Allah ta’ala berfirman dalam surat ali ‘Imran: 175:
فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
“Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.

4.       Ridlo kepada Allah
      Diwajibkan pada setiap mukallaf untuk ridlo kepada Allah yaitu tidak protes kepada Allah baik secara keyakinan, juga tidak protes secara ucapan. Tidak protes terhadap Qodlo dan Qodar Allah, akan tetapi ridlo kepada Allah tabaroka wa ta’alaa yang telah metaqdirkan kebaikan dan yang telah mentaqdirkan keburukan, yang telah mentaqdirkan kemanisan dan kepahitan hidup, kegembiraan dan kesusahan, kelapangan dan kesempitan. Akan tetapi sambil membedakan antara mana yang baik dan mana yang buruk, karena sesungguhnya al-maqdur yaitu makhluk ada yang diridlai oleh Allah dan ada yang dimurkai oleh Allah.
Maka al-maqdli yang  diridlai oleh Allah diwajibkan kepada hamba untuk mencintainya, dan al-maqdli yang tidak diridlai oleh Allah maka diwajibkan oleh hamba untuk membencinya seperti hal-hal yang diharamkan. Akan tetapi tidak membenci sifat Allah (taqdirullah) yang dengan sifat tersebut Allah telah menentukan kedua hal tersebut.
 Perbuatan maksiat adalah termasuk hal yang adanya karena ditentukan oleh Allah, maka diwajibkan atas hamba untuk membenci perbuatan maksiat dikarenakan Allah tidak meridlainya dan melarang hamba-hamba-Nya untuk melakukannya.
Maka dari penjelasan ini telah jelaslah bahwa antara beriman kepada qodlo dan qadar (yaitu sifat menentukan bagi Allah) dan antara membenci sebagian makhluk ciptaan Allah seperti kemaksian tidaklah terdapat pertentangan, hal ini karena yang diwajibkan atas hamba untuk meridloinya adalah al-qodar yang merupakan sifat taqdir (menentukan) bagi Allah dan sifat tersebut adalah azali. Dan sedangkan yang diwajibkan atas hamba untuk membencinya adalah al-maqdurat dan al-maqdliyat yang diharamkan dalam agama.

5.       Syukur
Di antara kewajiban hati adalah syukur. Syukur itu ada dua; syukur yang wajib dan syukur yang sunnah. Syukur yang wajib yaitu perbuatan yang wajib dilakukan oleh setiap hamba dimana perbuatan tersebut menunjukkan akan pengagungan Allah yang telah memberinya dan hamba-hamba yang lainnya nikmat, syukur ini dilakukan dengan cara meninggalkan semua kemaksiatan kepada Allah. Inilah syukur yang diwajibkan atas setiap hamba, maka barangsiapa yang menajaga hati dan semua anggota tubuhnya serta menjaga segala apa yang telah Allah anugerahkan kepadanya, niscaya ia termasuk hamba yang bersyukur (asy-syakir). Kemudian jika ia senantiasa tetap teguh dalam hal ini maka ia akan menjadi asy-syakur. Allah Ta’ala berfirman”
وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
 “Dan sedikit dikalangan hamba-Ku yang menjadi hamba yang besyukur (asy-syakur) (surat saba’: 13) 

Dan asy-syakur (orang-orang yang bertakwa) lebih sedikit dari pada asy-syakir yang derajatnya masih di bawah asy-syakur.
Dan syukur yang sunnah adalah dengan memuji Allah dengan ucapan yang menunjukkan bahwa Allah yang telah menganugerahkan kepada hamba-hamba-Nya nikmat yang teramat banyak sehingga tak mampu seorang hambapun untuk menghitungnya.

6.       Sabar
Makna dari kesabaran adalah mengekang hawa nafsu dan memaksanya untuk melakukan diri dari hal-hal yang tidak ia senangi atau mengekangnya dalam meninggalkan kelezatan duniawi. Dan sabar yang diwajibkan kepada setiap mukallaf adalah kesabaran dalam melaksanakan hal-hal diwajibkan atasnya serta bersabar dalam menjauhi hal-hal yang Allah haramkan, dalam artian menahan nafsu dalam menjauhi semua hal yang diharamkan, serta bersabar dalam mengahadapi cobaan yang Allah berikan pada hamba dalam artian tidak protes kepada Allah atau tidak terjerumus kedalam hal-hal yang diharamkan dikarenakan musibah tersebut.
Berapa banyak dari kalangan makluk yang terjatuh dalam perbuatan maksiat dikarenakan mereka tidak bersabar dalam menghadapi musibah. Dan mereka ini bermacam-macam, diantara mereka ada yang keluar dari Islam (murtad) ketika ditimpa musibah, dan diantara mereka ada yang terjatuh pada kemaksiatan yang tidak sampai pada derajat kekufuran seperti berusaha untuk mendapatkan harta dengan jalan yang haram; melakukan transaksi yang diharamkan, atau mendapatkan harta dengan cara berdusta dan lain-lain sebagaimana yang terjadi pada banyak orang karena disebabkan kefaqiran.