Jumat, 27 April 2012

EKSTRIMISME DAN BAHAYANYA (1)


EKSTRIMISME DAN BAHAYANYA (1)
(Materi Al Syaikh al Habib Khalil Dabbagh al Hasani
Dalam Seminar Internasional Remas AN NUUR Pare)

Allah memerintahkan kita untuk mendakwahkan Islam dengan hikmah dan mauidzah hasanah. Allah ta’ala berfirman:
ادْعُ إِلى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Maknanya: “Menyerulah pada jalan tuhanmu dengan hikmah dan mauidhah hasanah (nasehat yang baik).
Pada masa sekarang ini, kita melakukan al amr bil ma’ruf dan ‘an nahi al munkar (memerintahkan yang baik dan melarang yang munkar), namun itu semua harus kita lakukan dengan hikmah, dengan kata-kata yang bagus, wajah yang berseri-seri, dengan senyuman, dengan menjelaskan dalil, dengan memberikan nasehat kepada masyarakat, karena kita mencintai kebaikan pada mereka. Kita menginginkan mereka tetap teguh pada ajaran Ahlussunnah wal jama’ah, namun apabila ada di antara mereka yang menyimpang dari ajaran Ahlussunnah maka maka itu semua adalah karena kehendak Allah.
Pada masa sekarang ini, banyak orang yang berfatwa dengan fatwa-fatwa berdasarkan hawa nafsu, sehingga kerusakan semakin menyebar dan bertambah di Negara ini. Ulama yang baik semakin sedikit dan ulama yang buruk yang tidak memahami ajaran Islam  dengan benar semakin banyak, sehingga menyebarlah kerusakan dan semakin banyak  kesalahan dalam agama.
Akibat dari semua ini adalah munculnya fenomena ekstrimisme, fenomena al ghluluw fiddin (berlebih-lebihan dalam agama). Ekstrimisme artinya melenceng atau terpelesat dari jalan yang benar dalam pemikiran bukan terpeleset mobilnya. Seseorang yang terpeleset kendaraannya maka semoga Allah memberi perlindungan padanya, sedangkan orang yang terpeleset pemikirannya maka semoga Allah memberinya petunjuk padanya. Orang yang terpeleset pemikiran dan amaliahnya menyebabkan seseorang menjadi orang yang ghuluw (berlebihan) dan keras dalam beragama sehingga menyalahkan semua orang selainnya.
Dengan demikian ekstrimisme adalah sebuah ungkapan untuk menyebut tindakan orang yang menyimpang dari syara’ yang mengambil posisi yang sangat tajam di antara salah satu dari dua sisi yang saling bertentangan, masing-masing dari keduanya bertujuan untuk merealisasikan tujuan-tujuan tertentu, atau merubah status sosial tertentu dengan cara yang bertentangan dengan agama.
Ekstrimisme tidak terjadi hanya pada masa sekarang saja, tetapi telah terjadi sejak dahulu. Namun pemikiran ini kembali menyebar secara luas pada masa sekarang. Orang yang ekstrim biasanya akan cenderung keras, tidak takut sama siapapun, karena ia menyangka hanya dia yang benar sedangkan yang lain adalah salah, bahkan ia tidak takut pada Negara sekalipun.
Pada ekstrimis ini memiliki kecerdikan untuk menarik simpati masyarakat, mereka biasanya menunjukkan diri seolah-olah menjadi orang-orang yang didlalimi. Itu semua mereka lakukan agar dapat mengumpulkan kelembutan dan belas kasih dari masyarakat sehingga mereka menyangka bahwa merekalah yang benar. Padahal tujuan mereka melakukan itu adalah untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan, dan pada umumnya mereka menginginkan untuk dapat duduk dalam pemerintahan, atau menekan/mempresser Negara agar pemerintah dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan.
Di antara contoh pemikiran ekstrim adalah pemikiran seseorang yang mengatakan bahwa semua orang adalah kafir kecuali hanya saya saja. Sebab utamanya adalah kebodohan dalam agama, kebodohan menghantarkan dia untuk mengkafirkan semua manusia dan hanya dia saja yang muslim. Ketika ia mengkafirkan manusia seluruhnya berarti dia telah menghalalkan darahnya dan menghalalkan untuk membunuh mereka bahkan ia menganggap membunuh seorang muslim adalah jihad dan bahkan ia menganggap membunuh adalah jalan untuk masuk surga.
Dengan demikian ekstrimisme sangat membahayakan, karena sikap ini apabila menyebar dalam masyarakat maka ia akan menghancurkan masyarakat, terutama apabila pemikiran ekstrim ini diwujudkan dalam aksi-aksi terorisme. Mereka meletakkan bom di masjid kita, di dekat rumah kita, di pasar kita, mereka akan membunuh kita dan keluarga kita dengan mengatas namakan Islam.
Ekstrimisme telah ada sejak abad pertama, pada masa itu muncul kelompok Khawarij. Mereka mengatakan: “Ali bin Abi Thalib kafir, Mu’awiyah kafir, Abu Musa al Asy’ari kafir, Amr bi Ash kafir”. Karena kelompok ini menganggap bahwa mereka telah berhukum dengan hukum manusia. Padahal demi menghindari peperangan antara umat Islam sayyidina Ali mengutus seseorang untuk mewakilinya sebagai hakim, demikian juga Mu’awiyah mengutus seseorang untuk menjadi hakim. Dari kejadian ini kemudian kelompok Khawarij yang mengkafirkan semua yang terlibat dan setuju terhadap tahkim.
Bahkan kelompok Khawarij juga mengkafirkan Aisyah, Thalhah dan Zubair. Mereka mengkafirkan semua orang yang melakukan maksiat. Padahal tidak ada seorangpun di antara kita yang terjamin tidak pernah melakukan maksiat. Khawarij dalam perkembangannya terpecah menjadi 20 kelompok yang satu dengan lainnya saling mengkafirkan. Rasulullah telah mengisyaratkan kemunculan kelompok ini, Rasulullah menunjuk seseorang yang darinya akan muncul kaum Khawarij ini, beliau bersabda:
يَخْرُجُ فِيْكُمْ قَوْمٌ تَحْقِرُوْنَ صَلَاتُكُمْ مَعَ صَلَاتِهِمْ وَصِيَامُكُمْ مَعَ صِيَامِهِمْ وَعَمَلُكُمْ مَعَ عَمَلِهِمْ وَيَقْرَؤُوْنَ اْلقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
Maknanya: “Akan muncul pada kalian kaum yang shalat kalian kalah dengan shalat mereka dan puasa kalian kalah dengan puasa mereka dan amal kalian kalah dengan amal mereka, mereka membaca al Qur’an tidak sampai melewati tenggorokan, mereka keluar dari agama sebagimana anak panah melesat dari busurnya”
Diantara contoh pemikiran ekstrimisme adalah pemikiran kelompok Sabaiyyah yang muncul pada zaman sayyidina Ali bin Abi Thalib –semoga Allah  meridhainya. Mereka mengatakan pada sayyidina Ali -karramallahu wajhah-: “Engkau adalah tuhan kami dan pencipta kami dan pemberi rizki kami”. Kemudian imam Ali –rahimahullah- membakar sebagian di antara mereka setelah sebelumnya diminta untuk bertaubat.
Kemudian setelah itu, terjadi lagi fitnah kelompok Muktazilah Qadariyah yang mengingkari taqdir Allah terhadap keburukan, mereka mengatakan: “Seungguhnya manusia itu menciptakan perbuatannya”. Karena perkataannya ini maka para ulama Ahlussunnah mengkafirkan mereka.
Kemudian muncul kelompok Murjiah yang mengatakan: “dosa tidak membahayakan dengan adanya keimanan sebagaimana ketaatan tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran”. Perkataan mereka “ketaatan tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran” adalah perkataan yang benar. Sedangkan perkataan yang pertama: “dosa tidak membahayakan dengan adanya keimanan” adalah perkataan yang rusak dan bertentangan dengan ijma’ umat Islam.
Kemudian juga muncul kelompok Jabriyah yang mengatakan: “pada hakikatnya tidak ada perbuatan dan tidak ada kehendak bagi seorang hamba dalam perbuatan-perbuatan mereka”. Mereka menafikan masyiah (kehendak) manusia dan menjadikan manusia seperti bulu dalam hembusan angin. Padahal Allah telah menetapkan adanya masyiah (kehendak) pada manusia dalam firman Nya:
$tBur tbrâä!$t±n@ HwÎ) br& uä!$t±o ª!$# >u šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÒÈ
Maknanya: “Dan kamu tidak  menghendaki  kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam”.
Demikianlah seterusnya pemikiran ekstrimisme selalu muncul pada setiap zaman, namun terkadang pemikiran ini melemah dan terkadang menguat. Apabila para ulama bersemangat dalam mengingatkan dan memperingatkan manusia dari bahaya pemikiran ekstrim ini maka ekstrimisme melemah. Sebaliknya apabila para ulama tinggal diam, tidak mau memperingatkan umat dari bahaya ekstrimisme maka ekstrimisme semakin kuat. Semakin kuat ilmu dan pengetahuan terhadap agama pada umat Islam maka ekstrimisme semakin lemah dan apabila ilmu agama lemah pada umat Islam maka ekstrimisme akan menyebar.
Karena ekstrimisme tidak akan dapat mengambil orang yang terpelajar, ekstrimisme hanya mengambil orang-orang yang bodoh. Karena ekstrimisme tidak akan ada pada orang yang berilmu.
Apa keinginan para ekstrimis? Keiginan mereka adalah menghancurkan agama, namun menghancurkan agama  juga berarti  menghancurkan Negara dan itu juga akan menghancurkan rumah. Apabila kita tidak memperingatkan masyarakat dari bahaya ekstrimisme maka pemikiran ini akan masuk rumah kita dan menghancurkannya.
Para ekstrimis adalah seperti rayap yang memakan kayu di rumah kita, mereka tidak minta uang, mereka tidak minta memberinya minum atau makan. Mereka hanya minta satu permintaan saja agar kita mendiamkan dan membiarakannya. Namun apabila rayap itu kita biarkan maka rumah kita akan dihancurkannya.
Para ekstrimisme tidak minta uang dari kita, tidak minta makan dari kita, tidak minta miunum dari kita. Mereka hanya minta kepada kita agar kita diam dan tidak memperingatkan bahaya pemikiran mereka. Dan apabila kita membiarkannya maka mereka akan menghancurkan Negara kita.
Karena itu menjaga lebih baik dari pada mengobati, sebelum umat Islam terjangkit penyakit ekstimisme yang sangat kronis ini maka sebelumnya mereka harus kita bekali dengan ilmu agama yang benar dan kita peringatkan mereka dari bahaya pemikiran ekstrim. Bersambung…

0 komentar:

Posting Komentar