Masjid Agung AN NUUR Kab. Kediri

Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 16 Desember 2011

TAFAKKUR: IBADAH YANG SANGAT AGUNG

TAFAKKUR:  IBADAH YANG SANGAT AGUNG
Oleh : Ust. Asy`ari Masduki,MA



Salah satu ibadah yang  teragung yang telah diperintahkan oleh Allah ta’ala adalah tafakkur (memikirkan makhluk Allah ta’ala).  Banyak sekali di dalam al Qur’an ayat-ayat yang memerintahkan umat mansuia untuk memikirkan makhluk Allah. Di antaranya  Allah ta’ala berfirman:
tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
Maknanya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S ali Imran: 191)
Ibnu  Abbas -radhiyallahu ‘anhu- menyatakan:
تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللهِ وَلِا تَفَكَّرُوْا فِي ذَاتِ اللهِ
“Berfikirlah kalian tentang makhluk-makhluk Allah dan janganlah kalian berfikir tentang dzat Allah”
Memikirkan dzat Allah adalah dilarang, sebab akal tidak akan dapat menjangkau dzat Allah, semua yang terpikir dan terbayangkan oleh akal manusia adalah benda yang disifati dengan sifat benda seperti memiliki bentuk dan ukuran, berada pada tempat dan arah tertentu serta memiliki warna. Sedangkan Allah adalah bukan benda dan tidak disifati dengan sifat benda, ada tanpa tempat dan arah serta tidak memiliki bentuk dan ukuran. Imam Ahmad bin Hanbal dan imam Dzun Nun al Mishri mengatakan:
مَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللهُ بِخِلاَفِ ذَلِكَ
“Apapun yang terlintas dalam benak kamu tentang Allah maka Allah tidak seperti itu”
Adapun memikirkan makhluk Allah adalah ibadah yang sangat agung yang dapat meninggikan derajat seseorang menurut Allah. Karena dengan tafakkur akan menumbuhkan tiga hal pada diri seseorang.

1.       Pengakuan bahwa Allah itu ada
Suatu hari salah seorang ulama ditanya tentang bukti akan adanya Allah ta’ala, beliau kemudian menjawab: “coba lihatlah: sebuah bunga yang sama memiliki warna, bentuk dan warna yang sama, namun apabila dimakan oleh tawon maka akan menghasilkan madu, dan apabila dimakan oleh kambing maka akan menghasilkan serinthil, apabila dimakan oleh ulat maka akan menghasilkan sutera. Subhaanallah, Dari bunga yang sama tetapi menghasilkan sesuatu yang berbeda-beda baik warna, bentuk maupun bau dan rasanya. Semuanya itu menunjukkan bahwa Allah itu ada dan Dia maha kuasa terhadap segala sesuatu.
Para ulama mengatakan:
فيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصَى اْلِالَهُ            وَأَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ
وَفِي كُلِّ شَــــــــــيْءٍ ءَايَةٌ                       تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِـــــــــدُ
“Sungguh mengherankan, bagaimana Tuhan didurhakai dan bagaimana bisa orang kafir mengingkari keberadaan-Nya, padahal dalam setiap sesuatu terdapat tanda yang menunjukkan bahwa Allah itu esa (tidak ada sekutu bagi-Nya)”

2.       Pengakuan bahwa Allah tidak serupa dengan makhlukNya
Berfikir tentang makhluk akan memenculkan sebuah kesimpulan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya. Seseorang yang mau berfikir pada dirinya sendiri saja misalnya, maka dia akan berkesimpulan bahwa Allah yang menciptakan dirinya tentu tidak akan serupa dengannya. Apabila dirinya berupa benda maka Allah pasti tidak berupa benda, apabila dirinya disifati dengan sifat benda seperti bertempat, berada pada arah, memiliki bentuk dan ukuran maka Allah ada tanpa tempat, tanpa arah bukan benda yang memiliki bentuk dan ukuran. Inilah makna hadist:
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
“Barang siapa yang mengenal dirinya (bahwa dirinya adalah makhluk) maka dia akan mengenal Tuhannya (bahwa dia sang pencipta yang tidak serupa dengannya)”

3.       Pengakuan bahwa Allah maha kuasa
Ketika seseorang memikirkan makhluk Allah, maka hal itu akan menambah kekuatan keimanan dan menambah keyakinannnya terhadap kemahakuasaan Allah dan kemaha bijaksanaan Allah. Dia akan berkesimpulan bahwa Allah maha kuasa terhadap segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang dapat melemahkan-Nya, Allah adalah pencipta segala sesuatu, Allah pencipta manfaat dan madharrat (bahaya).
Sekarang, marilah kita memikirkan hal-hal yang Allah ciptakan pada diri kita!!, Allah menciptakan tangan agar kita dapat  memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita, Allah menciptakan kaki agar kita dapat berjalan, Allah menumbuhkan  gigi  kita setelah selesai masa menyusuinya dan bukan sebelumnya, agar tidak menyakiti ibu kita.
Sekarang marilah kita memikirkan alam sekitar kita!! Apabila kita perhatikan, alam semesta ini bagaikan rumah yang telah dibangun dan dipersiapkan di dalamnya segala yang kita butuhkan. Langit berada di atas sebagai atapnya, bumi digelar sebagai lantainya, bintang-bintang digantungkan sebagi lampu-lampunya. Allah menciptakan langit tanpa tiang, dan menjadikannya dengan warna biru, sebuah warna yang menyejukkan pandangan mata  meski dipandang dalam waktu lama dan bukan warna merah misalnya yang menusuk dan menyakitkan mata apabila dipandang lama. Langit yan biru menjadikan menjadikan hati orang yang melihatnya sejuk, damai dan tenang.
Allah menciptakan malam dan juga siang secara berganti-gantian, dalam terangnya siang hari kita dapat bekerja dan melakukan aktifitas untuk kelanjutan kehidupan kita di dunia, pada malam yang gelap kita dapat istirahat dengan tenang. Dan dengan adanya kegelapan maka nikmat cahaya dan terang pada siang hari akan lebih dapat kita rasakan kenikmatannya.
Allah ta’ala berfirman:
þÎûur ö/ä3Å¡àÿRr& 4 Ÿxsùr& tbrçŽÅÇö7è? ÇËÊÈ
Maknanya: “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Q.S al Dzariyat: 21)
Apabila kita mengikuti perintah Allah dalam ayat ini, yaitu kita mau berfikir tentang diri kita sendiri maka pastilah kita akan memuji Allah ta’ala sepanjang  siang dan malam, dalam keadaan duduk, berdiri atau berbaring, karena rasa syukur kita kepada Allah ta’ala yang telah melimpahkan kenikmatannya pada diri kita.  Kita diciptakan di dalam perut ibu kita kemudian kita keluar dalam keadaan  belum mengetahui apa-apa, tidak bisa berbicara, tidak bisa berjalan, kemudian kita mulai tumbuh sedikit demi sedikit sehingga kita menjadi kuat untuk berjalan dan dapat berbicara, dan kita menjadi memiliki pengetahuan yang sangat  banyak, kemudian kita menjadi seorang pemuda kemudian menjadi seorang dewasa kemudian menjadi orang tua kemudian menjadi tua renta (pikun) kemudian meninggalkan dunia ini.
Mari kita lihat makanan dan minuman kita, makanan dan minuman itu masuk kedalam rongga kita dengan melewati mulut sehingga dengan lisan, kita dapat merasakan lezatnya rizki Allah tersebut, kemudian masuk ke dalam perut dan bercampur dengan zat-zat tertentu yang telah Allah ciptakan, kemudian masuk ke dalam usus, di sana dipisahkan antara yang dapat dimanfaatkan untuk badan dan yang tidak dapat dimanfaatkan untuk kemudian dibuang keluar. Coba kita bayangkan seandainya, kotoran tersebut tidak dapat keluar, tentu akan merusak kesehatan badan kita.
سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدللهِ وَلَاإلهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

Minggu, 27 November 2011

HIJRAH DAN KEUTAMAAN HARI 'ASYURA

HIJRAH DAN KEUTAMAAN HARI 'ASYURA
Oleh : Ust. Asy`ari Masduki, MA


إِنَّ هَذَا اْليَوْمَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ لمْ يَكْتُبِ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ
Maknanya: “hari ini adalah hari ‘Asyura, Allah tidak mewajibkan kalian berpuasa, barang siapa berkehendak untuk berpuasa maka berpuasalah dan barangsiapa tidak berkehendak maka berbukalah (tidak berpuasa)”. (HR. al-Bukhari & Muslim).

Setiap kali memasuki tahun baru hijriyah kita selalu diingatkan  pada peristiwa besar dan bersejarah, yaitu hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Makkah al Mukarramah menuju Yatsrib yang kemudian dirubah namanya dengan al Madinah al Muawwarah. Sebab peristiwa hijrah adalah awal kejayaan Islam, berawal dari sinilah Islam menyebar dan meluas ke seluruh penjuru dunia. Mulai dari  peristiwa inilah Rasulullah mulai meletakkan dasar-dasar bermasyarakat dan bernegara. Sehingga pada hari ini bentuk negara dan masyarakat yang dibangun nabi tersebut menjadi percontohan bagi masyarakat yang modern dan beradab.
Peristiwa hijrah dimulai ketika Islam mulai menyebar luas di Madinah, maka para sahabat Nabi yang senantiasa mendapat perlakuan tidak baik dari orang-orang musyrik, mereka meminta izin kepada nabi untuk hijrah ke Madinah. Kemudian Nabi memberi izin pada mereka untuk hijrah, sehingga secara berangsur-angsur dan bergelombang umat Islam berangkat berhijrah ke madinah. Orang yang pertama kali hijrah adalah Abu Salamah saudara Nabi sesusuan. Sehingga kemudian orang yang tinggal di Makkah tersisa Rasulullah, Abu Bakar as Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib al Murtadha, orang yang dipenjara dan orang yang sakit.
Adapaun sebab Hijrahnya Nabi ke Madinah adalah bahwa ketika orang-orang Musyrik Quraisy melihat orang-orang yang telah masuk Islam berhijrah ke Madinah dengan membawa serta keluarga dan anak-anak mereka, maka mereka khawatir Rasulullah akan juga keluar dari Makkah untuk hijrah ke Madinah, sehingga umat Islam menjadi sangat kuat dan membahayakan kedudukan mereka. Orang musyrik Quraisy selanjutnya berkumpul untuk bermusyawarah tentang masalah itu, ketika itu datanglah iblis dalam bentuk orang tua dari Nejd yang  selalu membantah pendapat setiap orang yang hadir, sampai kemudian Abu Jahal berpendapat: Kita ambil dari setiap kabilah anak muda dengan sebuah pedang, mereka memukulkannya secara bersama-sama pada Muhammad, sehingga darahnya menyebar pada semua kabilah dan Banu Abdi Manaf tidak dapat memerangi semua kabilah dan rela dengan kematiannya”. Kemudian Iblis itu mengatakan: “inilah pendapat yang tepat”. Mengetahui hal tersebut kemudian Jibril memberitahukannya pada Nabi, dan pada malam itu nabi tidak tidur di tempat tidurnya, dan memerintahkan Ali untuk tidur dan berselimut dengan selimut nabi. Ketika itu anak-anak muda musyrikin telah berkumpul di depan pintu rumah Nabi. Kemudian Nabi mengambil segenggam tanah dengan membaca surat Yasin sampai pada ayat 9. Dan melemparkan tanah itu pada kepala para pemuda musyrikin tersebut, sehingga mereka tidak dapat melihat keluarnya Rasulullah dari rumah. Selanjutnya Nabi menuju ke rumah Abu Bakar untuk mengajaknya bersama-sama berhijrah ke Madinah.
Yang perlu menjadi catatan penting di sini bahwa Rasulullah hijrah ke Madinah bukanlah karena takut atau lari dari tekanan serta intimidasi kafir Quraisy yang di lancarklan secara berrtubi-tubi terhadap Rasulullah dan para sahabatnya. Hijrah semata-mata di lakukan untuk menjalankan perintah Allah ta’ala. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
أُمِرْ تُ بِقَرْيَةٍ تَأْ كُلُ اْلقُرَى وَهِيَ الطَّيِّبَةُ
“Aku di perintahkan oleh Allah untuk hijrah ke suatu daerah yang akan meluas ke daerah-daerah yang lain yaitu Taibah atau Madinah”
Rasulullah hijrah juga bukan karena putus asa dengan keadaan lingkungan Makkah juga bukan untuk mencari harta, jabatan dan kekuasaan. Karena semua itu pernah ditawarkan oleh kaum musyrikin Quraisy agar beliau bersedia menghentikan dakwahnya melewati Abu Thalib paman beliau. Namun Rasulullah membantahnya dengan mentah-mentah.
Selain peristiwa hijrah, pada bulan Muharaam kita juga dingatkan pada sebuah hari yang disebut dengan ‘Asyura (hari tanggal 10 Muharram). Hari 'Asyura adalah salah satu hari terbaik diantara hari-hari baik tahun Hijriyyah, banyak peristiwa dan kejadian bersejarah terjadi pada hari 'Asyura.  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ هَذَا اْليَوْمَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ لمْ يَكْتُبِ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ
Maknanya: “hari ini adalah hari ‘Asyura, Allah tidak mewajibkan kalian berpuasa, barang siapa berkehendak untuk berpuasa maka berpuasalah dan barangsiapa tidak berkehendak maka berbukalah (tidak berpuasa)”. (HR. al-Bukhari & Muslim).
Berdasarkan hadits shahih ini, para ulama sepakat bahwa disunnahkan berpuasa pada hari 'Asyura.  Kesunnahan puasa 'Asyura juga ditunjukkan oleh sebuah haidts dalam Shahih Muslim dari Ibn Abbas –rodliyallahu 'anhu-, beliau barkata: "Sewaktu Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam tiba di kota Madinah beliau menyaksikan orang-orang Yahudi sedang berpuasa pada hari 'Asyura, kemudian mereka ditanya tentang hal itu (puasa 'Asyura), lalu mereka menjawab: "Pada hari ini Allah memberi kemenangan pada Musa alaihissalam dan bani Israil atas Fir'aun, maka kami berpuasa untuk mengagungkannya". Kemudian Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
نَحْنُ أَوْلَى بِمُوْسَى مِنْكُمْ
Maknanya: "Kami lebih berhak (ikut) dengan Musa dari kalian".
Kemudian Rasulullah memerintahkan berpuasa pada hari itu ('Asyura).
Puasa 'Asyura mempunyai beberapa keutamaan tersendiri. Hal itu dapat difahami dari sabda Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ اْلمحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ اْلفَرِيْضَةِ صَلَاةُ الَّليْلِ
Maknanya: " Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadlan adalah puasa di bulan Allah; Muharram, dan shalat yang paling utama setelah sholat fardlu adalah sholat malam". (HR. Muslim).
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam ketika ditanya mengenai puasa di hari 'Asyura bersabda:
يُكَفِّرُ السَّنَةَ اْلماَضِيَةَ
Maknanya: "ia (puasa 'Asyura) menghapus (dosa) tahun yang lalu" (HR. Muslim).
            Selain pada hari kesepuluh bulan Muharram, juga disunnahkan berpuasa pada  hari sebelumnya yaitu pada tanggal 9 Muharram atau yang juga disebut dengan hari Tasu'a. Hal ini ditunjukkan oleh sabda Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang berbunyi:
لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ
Maknanya: "jika pada tahun depan aku masih hidup, sungguh aku akan berpuasa pada tanggal sembilan (Muharram)". (HR. Muslim).
Namun ternyata Rasulullah telah wafat sebelum sempat berpuasa Tasu'a.
Diantara hikmah disunnahkannya puasa Tasu'a menyertai 'Asyura adalah:
1. Untuk berhati-hati, karena ada kemungkinan salah dalam menetapkan awal Muharram.
2.   Supaya berbeda dengan orang-orang Yahudi yang hanya berpuasa 'Asyura tanpa Tasu'a.
3. Agar puasa itu tidak hanya dilakukan pada satu hari itu saja sebagaimana puasa pada hari jum'at (makruh hukumnya mengkhususkan hari jum'at untuk berpuasa, tanpa didahului puasa pada hari sebelumnya atau diikuti puasa pada hari setelahnya), sehingga apabila seseorang tidak bisa berpuasa pada hari Tasu'a maka hendaknya ia berpuasa pada hari setelahnya (11 Muharram).
Bahkan Imam Syafi'i radliyallahu anhu dalam kitabnya "al-Umm" dan "al-Imla" menetapkan kesunnahan puasa tiga hari sekaligus (tanggal 9,10 dan 11 Muharram).

Sebagaimana telah disinggung di awal pembahasan bahwa pada hari 'Asyura terjadi banyak peristiwa bersejarah. Peristiwa bersejarah yang dimaksud antara lain:
1. Allah menerima taubat nabi Adam alayhissalam dari maksiat yang dilakukannya (makan buah pohon yang terlarang baginya). Perlu diketahui bahwa dosa yang dilakukan oleh Nabi Adam alayhissalam adalah dosa kecil yang tidak ada unsur kerendahan jiwa, dosa yang dilakukan Nabi Adam bukanlah dosa besar apalagi kufur, karena mustahil bagi Rasul melakukan kufur atau dosa besar.
2.  Allah ta'aala menyelamatkan Musa alayhissalam dan para pengikutnya dari tenggelam di laut, sebaliknya menenggelamkan Fir'aun dan bala tentaranya di laut.
3. Allah menyelamatkan perahu Nabi Nuh alayhissalam dan orang-orang mukmin yang mengikutinya. Perahu itu berlabuh di sebuah gunung di Irak yang bernama "al-Judi" setelah berada di atas air bah selama 150 hari.
4. Perang Dzaturriqa', perang Dzaturriqa' terjadi pada tanggal 10 Muharram 4 Hijriyyah. Pada perang ini Rasulullah bertindak sebagai panglima tertinggi disertai 700 orang sahabatnya, sedangkan kaum musyrikin jumlahnya jauh lebih besar. Namun demikian sebelum sempat terjadi pertempuran antara tentara Islam dan musyrikin, Allah ta'ala menciptakan rasa takut yang luar biasa pada kaum musyrikin, sehingga mereka lari tunggang langgang sebelum bertempur.
5. Gugur (syahid) nya al-Husain bin Ali radliyallahu anhu, peristiwa memilukan ini terjadi pada hari Jum'at 10 Muharram tahun 61 Hijriyyah, beliau syahid ditangan orang dzalim. Kejadian ini sangat memilukan, menyedihkan dan merupakan musibah yang sangat besar bagi kaum muslimin. Beliau adalah putra Ali dan Fatimah rodliyallahu anhuma cucu Rasulullah yang sangat mirip dengan beliau baik fisik maupun akhlaknya. Al-Husain bin Ali adalah seorang pemimpin yang sholeh, bertaqwa, wara' dan zahid. Mengenai keutamaan beliau dan saudaranya (al-Hasan bin Ali) Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:
الحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ الْجَنَّةِ

Maknanya: "al-Hasan dan al-Husain adalah sayyid (pemimpin) para pemuda di surga". (HR. Tirmidzi).
Ada beberapa faidah yang yang bisa kita ambil dari di sunnahkannya puasa pada hari ‘asyura antara lain:
1. Disunnahkannya Puasa 'Asyura menunjukkan dibolehkannya bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah atau bala' yang dijauhkan Nya pada hari tertentu, sehingga setiap tahun pada hari yang sama bisa diulang kembali aktifitas bersyukur tersebut dengan melakukan sedekahan dan semacamnya.
2.  Disunnahkannya puasa Tasu'a adalah untuk menghindari persamaan dengan kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada hari 'Asyura. Hal ini menunjukkan bahwasanya kita tidak boleh menyerupai orang-orang kafir dalam segala hal yang merupakan sifat-sifat khusus bagi orang-orang kafir, artinya hal itu hanya dilakukan orang-orang kafir, tidak pada hal-hal yang biasa dilakukan orang-orang muslim dan kafir secara bersamaan (tidak khusus).

Forum Tanya Jawab:
1.       Kenapa bulan hiriyah dimulai dengan bulan Muharram?
Jawab:
Penanggalan Hijriyah dimulai dengan bulan Muharram. Namun hal itu tidak menunjukkan bahwa hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah terjadi pada bulan Muharram. Sebab sejarah mencatat bahwa Nabi hijrah pada hari Senin bulan Rabi’ul Awwal, bukan Muharram.  Adapun tahun hijriyah diawali dengan Muharram  karena pendapat sebagian sahabat bahwa bulan Muharram adalah salah satu bulan haram (bulan yang dimuliakan oleh Allah) yang  dekat dengan bulan Rabi’ul Awwal. Sedangkan hikmah penaggalan hijriyah dengan didasarkan pada hijrah tidak dengan kelahiran Nabi adalah karena hijrah nabi menjadi  sebab muncul dan menyebarnya Islam ke seluruh penjuru dunia. Ketika Rasulullah di Makkah orang-orang musyrik selalu menyakiti beliau, namun setelah hijrah Islam menjadi kuat, dan orang-orang di luar Madinah pada berdatangan untuk masuk ke dalam agama Islam. Sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah,  penduduk Madinah telah masuk Islam dan selalu membantu Nabi, dan setelah hijrah mereka juga mendukung, membantu Nabi dalam menyebarkan agama Islam. Bisa juga dikatakan bahwa hikmah penanggalan hijriyah dengan didasarkan pada hijrah Nabi adalah karena hijrah merupakan hari kelahiran umat, sedangkan hari kelahiran nabi adalah kelahiran seorang individu.