Kamis, 09 Mei 2013

Pendidikan Anak Dalam Islam




Pendidikan Anak Dalam Islam

Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
 “Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”

Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hati seorang anak adalah mutiara yang sangat berharga yang masih bersih dari lukisan dan pahatan, sehingga dia akan menerima pahatan apapun dari pemiliknya, dia akan cenderung pada sesuatu yang diarahkan kepadanya. Apabila dibiasakan dan ajarkan kebaikan, maka dia akan tumbuh dalam kebaikan dan akan bahagia di dunia dan akhirat. Orang tua, guru dan para pendidiknyapun akan mendapatkan pahala kebaikan sang anak. Namun apabila seorang seorang anak diajarkan dan dibiasakan dengan keburukan atau dibiarkan tumbuh seperti binatang tanpa pendidikan  maka dia akan celaka. Orang tuanyapun ikut menanggung dosanya. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوّدَانِهِ أَوْ يُنَصّرَانِهِ أَوْيُمَجّسَانِهِ
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (siap untuk menerima Islam sebagai agamanya), kemudian kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi”
           
Menjaga anak adalah dengan mendidik dan mengajarkan kepada mereka akhlak yang mulia dan menjaganya dari teman yang tidak baik. Seorang anak tidak seyogyanya dibiasakan untuk bersenang-senang dan ditanamkan perasaan cinta terhadap perhiasan dan kemewahan, sebab jika telah dibiasakan hidup mewah sejak kecil, ketika besar umurnya akan hanya dihabiskan untuk mencari dan menumpuk harta benda dan kemewahan.
            Di awal pertumbuhannya seorang ayah hendaknya menyerahkan pengasuhannya dan penyusuannya pada seorang perempuan shalihah yang taat dalam beragama dan memakan makanan yang halal. Karena susu yang dihasilkan dari makanan yang haram tidak ada berkah dan kebaikannya, sehingga apabila diminumkan kepada seorang anak, maka dapat menyebabkan sifat dan tabiat sang anak cenderung mengarah pada keburukan.
            Sejak dini hendaknya orang tua selalu mengamati sifat dan tabiat sang anak. Apabila sang ank memiliki sifat malu maka ini adalah petunjuk akan kebaikan akhlaknya dan bersihnya hati, dan seyogyanya orang tua mendidiknya dengan cara memanfaatkan sifat pemalunya tersebut.
            Pada umur dua atau tiga tahun biasanya seorang anak cenderung makan dengan tidak baik, orang tua hendaknya mendidiknya untuk makan dengan cara yang baik, misalnya agar sang anak memulainya dnegan basmalah, dengan menggunakan tangan kanan, memakan makanan yang ada di dekatnya, tidak buru-buru makan sebelum orang lain, tidak buru-buru ketika makan, tidak bersambungan pulukannya, tidak mengotori tangan dan pakainnya dengan makanan. Dibiasakan untuk memakan makanan yang sederhana, tidak selalu daging dan tidak berlebihan, tidak banyak makannya, ditekankan kepada anak untuk makan sedikit. Seorang anak juga dibiasakan untuk mencintai pakaian warna putih.
            Setelah sang anak mumayyiz (telah sampai pada umur dimana sang anak telah mampu memahami pertanyaan dan menjawabnya) orang tua harus mengajarkan kepada sang anak ilmu-ilmu agama. Diajarkan kepadanya dasar-dasar akidah bahwa Allah maha suci dari serupa dengan makhluk-Nya, Allah bukan benda dan tidak disifati dengan sifat benda. Juga diajarkan kepada anak hokum-hukum yang berkaitan dengan thaharah (bersuci), shalat, puasa serta diperintahkan untuk melaksanakannya. Juga diajarkan kepada anak kewajiban hati, maksiat anggota badan seperti maksiat perut, kaki, tangan, farji, badan dan lainnya. Kemudian diajarkan juga kepada anak al Qur’an, hadits-hadits pilihan dan cerita-cerita para shalihin agar tertanam dalam hati sang anak rasa cinta kepada orang-orang shalih.
            Kemudian ketika sang anak sudah menunjukakan perilakunya yang baik hendaknya orang tua memuliakannya dan memebrinya penghargaan. Apabila suatu ketika sang anak berbuat salah hendaknya orang tua melupakannya terutama apabila sang anak terlihat berusaha menyembunyikan kesalahannnya tersebut. Apabila dia mengulanginya lagi, maka orang tua memberinya peringatan untuk tidak mengulanginya lagi. Tetapi janganlah peringatan tersebut dilakukan terus-menerus, karena menjadikan sang anak kebal terhadap peringatan orang tua.
1.             Sang ayah harus menjaga kewibawaan ucapannya di depan anak, sementara sang ibu menakut-nakuti sang anak dengan ayahnya.
2.             Dilarang untuk tidur siang terlalu lama karena akan menjadikan anak pemalas
3.             Dilarang untuk tidur di tempat yang empuk dan lembut agar badannya menjadi kuat, tidak lemah
4.              Dibiasakan untuk tidak terlalu cepat dalam berjalan
5.             Diajarkan untuk tidak menyombongkan diri dengan sesuatu yang dimiliki kedua orang tuanya
6.             Diajarkan bahwa yang lebih baik adalah memberi dari pada menerima
7.             Diajarkan kepadanya buruknya emas dan perak
8.             Dijarkan tata cara duduk, dilarang untuk duduk jigrang dan tidak membelakangi orang lain serta tidak menguap di depan orang lain
9.             Dilarang untuk banyak berbicara
10.         Dilarang untuk bersumpah baik bersumpah benar ataupun bohong agar tidak terbiasa bersumpah
11.         Dilarang untuk memulai berbicara terlebih dahulu dan tidak berkata kecuali sekedar menjawab pertanyaan, dan mendengarkan baik-baik ketika orang lain yang lebih besar yang sedang berbicara
12.         Berdiri untuk memberikan tempat duduknya kepada orang yang lebih besar dan menyediakan tempat untuk orang yang lebih tua
13.         Dilarang untuk berbicara yang kotor dan dilarang untuk bergaul dengan orang yang senang berbicara kotor
14.         Apabila dipukul dicegah untuk tidak berteriak-teriak
15.         Setelah belajar diperbolehkan untuk bermain sekedarnya yang tidak menjadikannya kecapekan
16.         Diajarkan untuk mentaati kedua orang tuanya, gurunya, dan pendidiknya
Seluruh pendidikan anak di atas membutuhkan usaha yang keras dan sungguh-sungguh dari orang tua. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh sangat sulit bagi orang tua untuk mendapatka

0 komentar:

Posting Komentar