Masjid Agung AN NUUR Kab. Kediri

Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 25 April 2013

DO’A ADALAH SENJATA SEORANG MUKMIN

DO’A ADALAH SENJATA SEORANG MUKMIN
Asy’ari Masduki, MA
 

Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُـمْ ٱدْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ داخِرِينَ
“Dan Tuhan kalian berfirman: Berdo’alah kalian kepadaku maka aku akan perkenankan doa kalian, sesungguhnya orang-orang yang sombong dari menyembahku mereka akan masuk nerakan Jahannam dalam keadaan hina dina” (Q.S Ghafir:60)

Ayat di atas adalah salah satu dari sekian banyak ayat al Qur’an yang memerintahkan umat Islam untuk senantiasa berdo’a kepada Allah ta’ala. Do’a artinya sebuah permohonan atau permintaan kepada Allah dengan disertai perendahan diri dan penghinaan diri. Do’a juga berarti penyampaian hajat atau kebutuhan seorang hamba kepada Allah, dzat yang menciptakan manfaat dan madharrat (bahaya). Do’a adalah salah satu ibadah yang paling utama. Dari an Nu’man bin Basyir, Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ اْلعِبَادَةُ
“Do’a adalah ibadah”. (HR Abu Dawud)
Do’a adalah obat yang paling mujarrab (teruji) dan senjata paling ampuh bagi seorang mukmin untuk mengatasi segala kebutuhan dan menghilangkan segala kesempitan dan kesusahan. Do’a juga merupakan bentuk ekspresi dan pengakuan seorang hamba akan kelemahannya dan pengakuan bahwasanya Allah ta’ala adalah dzat yang maha kuasa, maha kaya, pencipta manfaat dan madharrat, dzat yang maha mengetahui dan maha mendengar.
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami pahwa seluruh do’a yang dipanjatkan oleh seorang mukmin akan dikabulkan oleh Allah. Namun bentuk terkabulnya do’a tidak selalu sesuai dengan jenis permintaan orang yang berdo’a. Terkabulnya sebuah do’a memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1.     Terkabul sesuai dengan jenis permintaan dan waktu yang dikehendaki seorang hamba.
2.     Terkabul sesuai dengan jenis permintaan, namun terlambat dari waktu yang dikehendaki oleh seorang hamba, karena adanya hikmah dari Allah ta’ala, dzat yang maha mengatur alam semesta dan maha mengetahui.
3.     Terkabul, tetapi tidak sesuai dengan jenis permintaan seorang hamba, karena dalam sesuatu yang dimintanya tidak ada kemashlahatan (kebaikan) bagi orang tersebut, atau ada mashlahat-nya tetapi ada sesuatu yang lebih banyak mashlahat-nya bagi dia dari pada sesuatu yang dia mohonkan. Hal itu karena Allah lebih mengetahui kebaikan untuk hamba-Nya dari pada hamba itu sendiri.
Semua bentuk terkabulnya do’a tersebut adalah terjadi sesuai dengan kehendak (masyiah) Allah ta’ala, karena do’a tidak dapat merubah kehendak (masyiah) Allah ta’ala. Masyiah/iradah (kehendak) dan taqdir (ketentuan) Allah sebagaimana juga sifat-sifat Allah yang lain adalah azaliyah abadiyah sehingga tidak dapat berubah-rubah.
      Meskipun do’a tidak dapat merubah ketentuan dan kehendak Allah, namun seorang mukmin harus tetap senantiasa memanjatkan do’a, karena seorang hamba tidak mengetahui  ketentuan dan kehendak Allah untuk dirinya, mana tahu do’a tersebut sesuai dengan kehendak dan ketentuan Allah ta’ala pada azal (keberadaan tanpapermualaan). Dan apabila ternyata do’a tersebut tidak terkabul sesuai dengan yang dikehendaki, maka dia akan tetap mendapat pahala do’a dan fadhilah (keutamaan) doanya apabila do’a tersebut dipanjatkan dengan penuh keikhlasan, sebab memanjatkan do’a adalah perintah Allah ta’ala.
Dalam sebuah hadits Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

 مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو اللهَ بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاثٍ: إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلهَا
“Tidaklah seorang mukmin berdo’a kepada Allah dengan sebuah do’a yang tidak ada di dalamnya dosa dan memutuskan silaturrahim kecuali Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga perkara: 1. adakalanya Allah mempercepat mengabulkan do’anya, 2. adakalanya Allah menyimpan do’anya itu sebagai pahala di akhirat dan 3. adakalanya Allah memalingkan keburukan darinya seperti do’anya”. (HR Ahmad dan al Hakim)
Adab-Adab Dalam Berdo’a
Di dalam memanjatkan sebuah do’a seorang hamba hendaknya menjaga adab-adab berdo’a; yaitu:
1.     Menghadap kiblat
2.     Memulai do’a dengan hamdalah
3.     Kemudian membaca shalawat nabi
4.     Kemudian menyebutkan nama-nama Allah atau sifatnya, misalnya mengatakan: Ya rabb, ya rahman, Ya Rahim, Ya malikal mulki, ya dzal jalaali wal ikram, ya hayyu ya qayyum dan seterusnya.
5.     Berdo’a dengan melirihkan suara
6.     Berdo’a dengan menengadahkan telapak tangan bagian dalam, dan mengusapkannya ke muka setelah selesai berdo’a. Rasulullah bersabda:
إِذَا دَعَوتَ اللهَ فَادْعُ بِبَاطِنِ كَفَّيْكَ وَلَا تَدْعُ بِظُهُورِهِمَا فَإِذَا فَرَغْتَ فَامْسَحْ بِهِمَا وَجْهَكَ
 “Apabila kamu berdo’a kepada Allah maka berdo’alah dengan bagian dalam dua telapak tanganmu dan jangan berdo’a dengan bagian luarnya, dan apabila telah selesai maka usapkanlah keduanya pada mukamu” (HR Ibnu Majah)
7.     Berdo’a pada waktu-waktu yang mustajab. di antaranya adalah:
a.    Pada waktu turunnya lailatul qadr
b.    Pada setiap malam hari terutama pada sepertiga malam terakhir, karena ada penjelasan hadits bahwa para Malaikat pada sepertiga malam terakhir diperintahkan oleh Allah untuk turun ke langit bumi untuk menyereru bahwa orang yang berdo’a pada saat itu akan dikabulkan do’anya oleh Allah ta’ala.
c.     Setelah menjalankan shalat lima waktu
d.    Antara adzan dan iqamah
e.    Sesaat pada siang hari jum’at, namun tidak ada ketentuan waktu tepatnya, kerenanya sepanjang siang hari jum’at hendaknya seorang hamba memperbanyak memanjatkan do’a kepada Allah ta’ala. Meski begitu kebanyakan para ulama menjelaskan bahwa waktu mustajab berada pada waktu setelah ashar sebelum maghrib pada hari jum’at.
f.      Ketika seseorang melakukan sujud dalam shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ اْلعَبْدُ مِنْ رَّبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَاكْثِرُوا مِنَ الدُّعَاءِ فِيْهِ
“Sedekat-dekatnya seorang hamba pada rahmat tuhannya  adalah ketika rdia sedang sujud maka perbanyaklah do’a dalam sujud”
8.     Berdo’a di tempat-tempat yang mustajab
a.    Ketika melihat Ka’bah yang mulia
b.    Ketika mencium Hajar Aswad
c.     Ketika Thawaf dan Sa’iy
d.    Setelah minum air zam-zam
e.    Pada hari ‘Arafah
f.     Setelah membaca al Qur’an
g.     Setelah mengkhatamkan al Qur’an, Al imam an Nawawi mengatakan:
يُسْتَحَبُّ الدُّعَاءُ بَعْدَ قِرَاءَةِ اْلقُرْآنِ اسْتِحْبَابًا
“Benar-benar disunnahkan membaca do’a setelah membaca al Qur’an"
h.    Ketika turunnya hujan
i.      Doa orang yang didzalimi
j.      Do’a musafir (orang yang sedang dalam perjalanan)
k.    Do’a orang yang berpuasa di saat berbuka puasa
l.      Do’anya seorang mukmin untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, Rasulullah -shallalllahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
أَسْرَعُ الدُّعَاءِ إِجَابَةً عِنْدَ اللهِ دُعَاءُ غَائِبٍ لِغَائِبٍ
“Do’a yang paling cepat dikabulkan oleh Allah adalah do’anya seseorang untuk orang yang tidak berada dihadapannya”(HR al Bukhari)