Masjid Agung AN NUUR Kab. Kediri

Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 27 April 2012

EKSTRIMISME DAN BAHAYANYA (1)


EKSTRIMISME DAN BAHAYANYA (1)
(Materi Al Syaikh al Habib Khalil Dabbagh al Hasani
Dalam Seminar Internasional Remas AN NUUR Pare)

Allah memerintahkan kita untuk mendakwahkan Islam dengan hikmah dan mauidzah hasanah. Allah ta’ala berfirman:
ادْعُ إِلى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Maknanya: “Menyerulah pada jalan tuhanmu dengan hikmah dan mauidhah hasanah (nasehat yang baik).
Pada masa sekarang ini, kita melakukan al amr bil ma’ruf dan ‘an nahi al munkar (memerintahkan yang baik dan melarang yang munkar), namun itu semua harus kita lakukan dengan hikmah, dengan kata-kata yang bagus, wajah yang berseri-seri, dengan senyuman, dengan menjelaskan dalil, dengan memberikan nasehat kepada masyarakat, karena kita mencintai kebaikan pada mereka. Kita menginginkan mereka tetap teguh pada ajaran Ahlussunnah wal jama’ah, namun apabila ada di antara mereka yang menyimpang dari ajaran Ahlussunnah maka maka itu semua adalah karena kehendak Allah.
Pada masa sekarang ini, banyak orang yang berfatwa dengan fatwa-fatwa berdasarkan hawa nafsu, sehingga kerusakan semakin menyebar dan bertambah di Negara ini. Ulama yang baik semakin sedikit dan ulama yang buruk yang tidak memahami ajaran Islam  dengan benar semakin banyak, sehingga menyebarlah kerusakan dan semakin banyak  kesalahan dalam agama.
Akibat dari semua ini adalah munculnya fenomena ekstrimisme, fenomena al ghluluw fiddin (berlebih-lebihan dalam agama). Ekstrimisme artinya melenceng atau terpelesat dari jalan yang benar dalam pemikiran bukan terpeleset mobilnya. Seseorang yang terpeleset kendaraannya maka semoga Allah memberi perlindungan padanya, sedangkan orang yang terpeleset pemikirannya maka semoga Allah memberinya petunjuk padanya. Orang yang terpeleset pemikiran dan amaliahnya menyebabkan seseorang menjadi orang yang ghuluw (berlebihan) dan keras dalam beragama sehingga menyalahkan semua orang selainnya.
Dengan demikian ekstrimisme adalah sebuah ungkapan untuk menyebut tindakan orang yang menyimpang dari syara’ yang mengambil posisi yang sangat tajam di antara salah satu dari dua sisi yang saling bertentangan, masing-masing dari keduanya bertujuan untuk merealisasikan tujuan-tujuan tertentu, atau merubah status sosial tertentu dengan cara yang bertentangan dengan agama.
Ekstrimisme tidak terjadi hanya pada masa sekarang saja, tetapi telah terjadi sejak dahulu. Namun pemikiran ini kembali menyebar secara luas pada masa sekarang. Orang yang ekstrim biasanya akan cenderung keras, tidak takut sama siapapun, karena ia menyangka hanya dia yang benar sedangkan yang lain adalah salah, bahkan ia tidak takut pada Negara sekalipun.
Pada ekstrimis ini memiliki kecerdikan untuk menarik simpati masyarakat, mereka biasanya menunjukkan diri seolah-olah menjadi orang-orang yang didlalimi. Itu semua mereka lakukan agar dapat mengumpulkan kelembutan dan belas kasih dari masyarakat sehingga mereka menyangka bahwa merekalah yang benar. Padahal tujuan mereka melakukan itu adalah untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan, dan pada umumnya mereka menginginkan untuk dapat duduk dalam pemerintahan, atau menekan/mempresser Negara agar pemerintah dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan.
Di antara contoh pemikiran ekstrim adalah pemikiran seseorang yang mengatakan bahwa semua orang adalah kafir kecuali hanya saya saja. Sebab utamanya adalah kebodohan dalam agama, kebodohan menghantarkan dia untuk mengkafirkan semua manusia dan hanya dia saja yang muslim. Ketika ia mengkafirkan manusia seluruhnya berarti dia telah menghalalkan darahnya dan menghalalkan untuk membunuh mereka bahkan ia menganggap membunuh seorang muslim adalah jihad dan bahkan ia menganggap membunuh adalah jalan untuk masuk surga.
Dengan demikian ekstrimisme sangat membahayakan, karena sikap ini apabila menyebar dalam masyarakat maka ia akan menghancurkan masyarakat, terutama apabila pemikiran ekstrim ini diwujudkan dalam aksi-aksi terorisme. Mereka meletakkan bom di masjid kita, di dekat rumah kita, di pasar kita, mereka akan membunuh kita dan keluarga kita dengan mengatas namakan Islam.
Ekstrimisme telah ada sejak abad pertama, pada masa itu muncul kelompok Khawarij. Mereka mengatakan: “Ali bin Abi Thalib kafir, Mu’awiyah kafir, Abu Musa al Asy’ari kafir, Amr bi Ash kafir”. Karena kelompok ini menganggap bahwa mereka telah berhukum dengan hukum manusia. Padahal demi menghindari peperangan antara umat Islam sayyidina Ali mengutus seseorang untuk mewakilinya sebagai hakim, demikian juga Mu’awiyah mengutus seseorang untuk menjadi hakim. Dari kejadian ini kemudian kelompok Khawarij yang mengkafirkan semua yang terlibat dan setuju terhadap tahkim.
Bahkan kelompok Khawarij juga mengkafirkan Aisyah, Thalhah dan Zubair. Mereka mengkafirkan semua orang yang melakukan maksiat. Padahal tidak ada seorangpun di antara kita yang terjamin tidak pernah melakukan maksiat. Khawarij dalam perkembangannya terpecah menjadi 20 kelompok yang satu dengan lainnya saling mengkafirkan. Rasulullah telah mengisyaratkan kemunculan kelompok ini, Rasulullah menunjuk seseorang yang darinya akan muncul kaum Khawarij ini, beliau bersabda:
يَخْرُجُ فِيْكُمْ قَوْمٌ تَحْقِرُوْنَ صَلَاتُكُمْ مَعَ صَلَاتِهِمْ وَصِيَامُكُمْ مَعَ صِيَامِهِمْ وَعَمَلُكُمْ مَعَ عَمَلِهِمْ وَيَقْرَؤُوْنَ اْلقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
Maknanya: “Akan muncul pada kalian kaum yang shalat kalian kalah dengan shalat mereka dan puasa kalian kalah dengan puasa mereka dan amal kalian kalah dengan amal mereka, mereka membaca al Qur’an tidak sampai melewati tenggorokan, mereka keluar dari agama sebagimana anak panah melesat dari busurnya”
Diantara contoh pemikiran ekstrimisme adalah pemikiran kelompok Sabaiyyah yang muncul pada zaman sayyidina Ali bin Abi Thalib –semoga Allah  meridhainya. Mereka mengatakan pada sayyidina Ali -karramallahu wajhah-: “Engkau adalah tuhan kami dan pencipta kami dan pemberi rizki kami”. Kemudian imam Ali –rahimahullah- membakar sebagian di antara mereka setelah sebelumnya diminta untuk bertaubat.
Kemudian setelah itu, terjadi lagi fitnah kelompok Muktazilah Qadariyah yang mengingkari taqdir Allah terhadap keburukan, mereka mengatakan: “Seungguhnya manusia itu menciptakan perbuatannya”. Karena perkataannya ini maka para ulama Ahlussunnah mengkafirkan mereka.
Kemudian muncul kelompok Murjiah yang mengatakan: “dosa tidak membahayakan dengan adanya keimanan sebagaimana ketaatan tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran”. Perkataan mereka “ketaatan tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran” adalah perkataan yang benar. Sedangkan perkataan yang pertama: “dosa tidak membahayakan dengan adanya keimanan” adalah perkataan yang rusak dan bertentangan dengan ijma’ umat Islam.
Kemudian juga muncul kelompok Jabriyah yang mengatakan: “pada hakikatnya tidak ada perbuatan dan tidak ada kehendak bagi seorang hamba dalam perbuatan-perbuatan mereka”. Mereka menafikan masyiah (kehendak) manusia dan menjadikan manusia seperti bulu dalam hembusan angin. Padahal Allah telah menetapkan adanya masyiah (kehendak) pada manusia dalam firman Nya:
$tBur tbrâä!$t±n@ HwÎ) br& uä!$t±o ª!$# >u šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÒÈ
Maknanya: “Dan kamu tidak  menghendaki  kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam”.
Demikianlah seterusnya pemikiran ekstrimisme selalu muncul pada setiap zaman, namun terkadang pemikiran ini melemah dan terkadang menguat. Apabila para ulama bersemangat dalam mengingatkan dan memperingatkan manusia dari bahaya pemikiran ekstrim ini maka ekstrimisme melemah. Sebaliknya apabila para ulama tinggal diam, tidak mau memperingatkan umat dari bahaya ekstrimisme maka ekstrimisme semakin kuat. Semakin kuat ilmu dan pengetahuan terhadap agama pada umat Islam maka ekstrimisme semakin lemah dan apabila ilmu agama lemah pada umat Islam maka ekstrimisme akan menyebar.
Karena ekstrimisme tidak akan dapat mengambil orang yang terpelajar, ekstrimisme hanya mengambil orang-orang yang bodoh. Karena ekstrimisme tidak akan ada pada orang yang berilmu.
Apa keinginan para ekstrimis? Keiginan mereka adalah menghancurkan agama, namun menghancurkan agama  juga berarti  menghancurkan Negara dan itu juga akan menghancurkan rumah. Apabila kita tidak memperingatkan masyarakat dari bahaya ekstrimisme maka pemikiran ini akan masuk rumah kita dan menghancurkannya.
Para ekstrimis adalah seperti rayap yang memakan kayu di rumah kita, mereka tidak minta uang, mereka tidak minta memberinya minum atau makan. Mereka hanya minta satu permintaan saja agar kita mendiamkan dan membiarakannya. Namun apabila rayap itu kita biarkan maka rumah kita akan dihancurkannya.
Para ekstrimisme tidak minta uang dari kita, tidak minta makan dari kita, tidak minta miunum dari kita. Mereka hanya minta kepada kita agar kita diam dan tidak memperingatkan bahaya pemikiran mereka. Dan apabila kita membiarkannya maka mereka akan menghancurkan Negara kita.
Karena itu menjaga lebih baik dari pada mengobati, sebelum umat Islam terjangkit penyakit ekstimisme yang sangat kronis ini maka sebelumnya mereka harus kita bekali dengan ilmu agama yang benar dan kita peringatkan mereka dari bahaya pemikiran ekstrim. Bersambung…

Jumat, 20 April 2012

SEJARAH MUNCULNYA EKSTRIMISME


SEJARAH MUNCULNYA EKSTRIMISME
Ust. Asy`ari Masduki, MA

Ekstrimisme adalah sebuah ungkapan untuk menyebut tindakan orang yang menentang syara’ yang mengambil posisi yang sangat tajam di antara salah satu dari dua sisi yang saling bertentangan, masing-masing dari keduanya bertujuan untuk merealisasikan tujuan-tujuan tertentu, atau merubah status sosial tertentu dengan cara yang bertentangan dengan agama.
Akidah Islam yang dibawa oleh setiap nabi adalah jelas dan mudah. Yaitu akidah yang sesuai dengan fitrah yang sehat yang Allah jadikan pada manusia dan dapat diterima oleh akal yang bersih dari unsur fanatisme. Kalimah syahadat adalah barometer yang Allah ta’ala dan Rasul-Nya jadikan sebagai bukti/dalil terhadap akidah ini.
Di antara kandungan syahadat adalah iman bahwa alam semesta ada penciptanya yang maha bijaksana, maha kuasa dan maha mengatur, dan bahwa Allah melakukan apa yang Ia kehendaki dan menetapkan hukum sesuai dengan yang Ia kehendaki, tidak ada sesuatu yang menyerupai Nya dari satu segi maupun semua segi, Allah bukan benda, bukan gambar, tidak disifati dengan sifat makhluk dan ada tanpa tempat. Dan bahwa Allah ta’ala memilih sebagian hamba-Nya yang Ia kehendaki yaitu para rasul dan nabi. Allah ta’ala mengutus mereka untuk bertabligh pada umat manusia, memberi kabar gembira pada mereka yang beriman dengan surga dan memberikan peringatan pada mereka yang kafir dengan siksa neraka. Allah menjaga mereka dari perbuatan kufur, dosa besar dan dosa kecil yang mengandung kerendahan jiwa pelakunya, perbuatan-perbutan rendah dan ucapan-ucapan kotor. Dan juga termasuk kandungan syahadat adalah iman bahwa Muhammad bin Abdullah al Qurasyi al Hasyimiy adalah Rasulullah pada seluruh manusia dan jin. 
Dengan sebab dakwah beliau, telah masuk Islam orang-orang yang bersih hatinya dalam menerima ajaran Rasululah -shallallahu ‘alaihi wasallam-. Mereka berpegang teguh dengan ajaran Rasulullah dengan pegangan yang kuat. Mereka berkorban dengan jiwa dan harta untuk Rasulullah. Bahkan di antara  mereka ada yang bersedia untuk disiksa dengan berbagai macam siksaan untuk keselamatan Rasul yang mulia.
Namun di sisi lain, ada juga sekelompok orang yang masuk Islam, tetapi hati mereka tidak ridha dengan Islam.

Pertama: sekelompok orang-orang yang menisbatkan diri pada Islam karena masuknya kaum mereka pada agama Islam -ketika datang penakhlukan dan kemenangan Allah-. Mereka menisbatkan diri pada Islam karena taqlid (ikut-ikutan) dan menyesuaikan diri dengan mayoritas. Namun  hati mereka tidak ridha dengan ajaran-ajaran Islam, hati mereka tidak bersih dari pengaruh-pengaruh kejahiliahan dan kotorannya. Bagi mereka, kemenangan dakwah Islam atau tidak adalah sama, tidak ada bedanya.

Kedua: Sekelompok orang-orang awam non muslim yang menisbatkan diri secara batil pada agama Islam pada hari kemenangan Islam yang telah mampu menundukkan dua Negara besar Yunani dan Persia. Mereka melakukan itu, sebagai pelarian dari pengamalan hukum Islam pada orang yang tetap pada agamanya. Keceriaan agama ini tidak dapat menyatu dengan hati mereka, akar-akar dendam dan kebencian  juga tidak dapat terlepas dari hati mereka. Akidah agama mereka tidak luntur dari diri mereka.

Ketiga: Kelompok dari para pemikir agama-agama non Islam dan para penipu di antara mereka. Mereka menampakan diri masuk ke dalam agama Islam, padahal mereka menyembunyikan tipuan dan pengkhianatan dalam diri mereka. Mereka mencari kesempatan untuk menjatuhkan agama  Islam yang kekuasaannya telah tersebar di belahan bumi yang luas ketika itu. 

Setelah meninggalnya Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- mulai terjadi penyimpangan-penyimpangan pemikiran (ekstrimisme) dalam Islam. Pada awalnya terjadi fitnah orang-orang murtad dan Musailamah al Kadzdzab dan berhasil ditumpas oleh Al Khalifah ar Rasyid Sayyidina Abu Bakar ash Shiddiq –radhiyallahu ‘anhu-. Kemudian terjadi fitnah orang-orang yang menurunkan al khalifah ar Rasyid Sayyidina Utsman ibn Affan -radhiyallahu ‘anhu-. Semenjak itu terbukalah pintu fitnah yang semakin luas, dan menggugah keberanian tangan-tangan para ekstrimis untuk membunuh beliau.
Setelah itu terjadi peperangan para pemberontak yang membangkang pada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib -karramallahu wajhah-. Selanjutnya pada masa sahabat generasi akhir terjadi juga pemahaman yang keluar dari kebenaran seperti Ma’bad al Juhani dan al Ja’du bin Dirham yang keduanya menyeleweng dalam masalah qadar dan menafikan kemampuan (qudrah) dari Allah setelah Allah menciptakan kemampuan pada manusia.
Di antara fenomena terbesar yang muncul pada masa awal adalah fitnah Khawarij yang mengkafirkan imam Ali -karramallahu wajhah-, Mu’awiyah dan dua orang hakim (yang melaksanakan tahkim) yaitu Abu Musa al Asy’ari dan Amr bin al Ash dengan sebab tahkim tersebut. Mereka juga mengkafirkan orang-orang yang ikut perang Jamal yaitu Thalhah, Zubair, Aisyah dan setiap orang yang ridha dengan tahkim dua hakim tersebut. Sebagaimana juga mereka mengkafirkan umat Islam yang melakukan dosa besar, baik dosa kecil ataupun dosa besar. Imam Ali -Radhiyallahu ‘anhu- memerangi mereka dalam perang Nahrawan. Sayyidina Ali -radhiyallahu ‘anhu- dibunuh secara dhalim di tangan salah seorang Khawarij yaitu Abdurrahman bin Muljam.
Pada zaman sayyidina Ali bin Abi Thalib –semoga Allah  meridhainya- sebagian orang Sabaiyyah mengatakan pada sayyidina Ali -karramallahu wajhah- (semoga Allah melindungi kita dari buruknya pekataan ini) : “Engkau adalah tuhan kami dan pencipta kami dan pemberi rizki kami”. Kemudian imam Ali –rahimahullah- membakar sebagian di antara mereka setelah sebelumnya diminta untuk bertaubat. Sayyidina Ali juga menafikan Abdullah bin Saba’.
Kemudian setelah itu, terjadi lagi fitnah kelompok Muktazilah Qadariyah yang mengingkari taqdir Allah terhadap keburukan, mereka mengatakan: “Sesungguhnya manusia itu menciptakan perbuatannya”. Karena perkataannya ini maka para ulama Ahlussunnah mengkafirkan mereka.
Kemudian muncul kelompok Murjiah yang mengatakan –semoga Allah melindungi kita-: “dosa tidak membahayakan dengan adanya keimanan sebagaimana ketaatan tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran”. Perkataan mereka “ketaatan tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran” adalah perkataan yang benar. Sedangkan perkataan yang pertama : “dosa tidak membahayakan dengan adanya keimanan” adalah perkataan yang rusak dan bertentangan dengan ijma’ umat Islam.
Kemudian juga muncul kelompok Jabriyah yang mengatakan –semoga Allah melindungi kita- : “pada hakikatnya tidak ada perbuatan dan tidak ada kehendak bagi seorang hamba dalam perbuatan-perbuatan mereka”. Mereka menafikan masyiah (kehendak) manusia dan menjadikan manusia seperti bulu dalam hembusan angin.
Pada masa al imam Hasan al Bashri –semoga Allah meridhainya- terjadi pertentangan Washil bin ‘Atha dalam masalah qadar dan manzilah baina al manzilataini (yakni perkataan mereka: “umat Islam yang melakukan dosa besar tidak masuk neraka dan juga tidak masuk surga di akhirat”). Kemudian Amr bin Ubaid bergabung dengannya dalam masalah qadar dan al manzilah baina al manzilataini, sehingga al Hasan kemudian mengusir keduanya dari majlis beliau. Kedua orang tersebut kemudian menyendiri ke sebuah pojokan dari pojokan-pojokan yang ada di dalam masjid Bashrah. Sehingga keduanya dan para pengikutnya disebut dengan Muktazilah, karena pemisahan diri mereka terhadap pendapat umat Islam dan klaim keduanya yang rusak bahwa orang fasik dari umat Muhammad bukan mukmin juga bukan kafir. Mereka adalah Qadariyah karena Washil bin Atha telah kufur dalam masalah qadar dengan perkataannya tentang adanya dua pencipta selain Allah terhadap perbuatan manusia.
Selanjutnya pada masa al Khalifah al Muqtadir Billah al Abbasiy muncul al Husain bin Manshur al Hallaj yang mengaku-ngaku sebagai ahli tasawwuf, padahal tasawwuf yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan dia. Dia memiliki para pengikut yang mengikuti ajarannya yang rusak. Kemudian Khalifah membunuhnya,  namun para muridnya mengklaim secara bohong bahwa ketika dibunuh darah al Hallaj mengalir di atas bumi dan menulis kalimat “Laa ilaaha illa Allah al Hallaj Waliyyu Allah”.
Dalam sepanjang sejarah Islam, para ekstrimis adalah kelompok minoritas yang hina, terbuang dan terusir dari mayoritas umat Islam. Al hamdulillah, umat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- tidak berkumpul pada kesesatan.
Pada akhir abad 20 di sebagian Negara Islam muncul para pemuda yang menganut madzhab Khawarij. Mereka meyakini kekufuran orang yang melakukan salah satu kemaksiatan. Bahkan di antara mereka ada yang mengkafirkan seluruh umat Islam, meskipun mereka shalat, puasa, mengeluarkan zakat dan menunaikan haji, hanya karena mereka bukan jama’ah mereka. Mereka menghukumi masyarakat muslim masa sekarang sebagai masyarakat Jahiliyah. Selanjutnya mereka menghukumi negara mereka dengan Negara kafir. Mereka mengkafirkan penguasa dan rakyatnya, dengan berdalil firman Allah ta’ala:
ÿ3 žcÎ) šcöqtãöÏù z`»yJ»ydur $yJèdyŠqãZã_ur (#qçR$Ÿ2 šúüÏ«ÏÜ»yz ÇÑÈ     
Maknanya: “Sesungguhnya Fir'aun dan Ha- man beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah”.
Sesungguhnya ekstrimisme yang ada pada komunitas-komunitas ini adalah kepanjangan tangan dari akar-akar yang telah dimulai dari Khawarij dan friksi-friksinya yang sangat bahaya. Karena dasar mereka adalah pemikiran hakimiyah, teori ini mengatakan bahwa orang yang menggunakan hukum dengan selain Islam meskipun dalam satu masalah maka dia kafir secara mutlak tanpa ada pemilahan. Seseorang yang mau merenung, maka ia tidak akan menemukan masa lalu bagi mereka kecuali satu kelompok yang disebut dengan Baihasiyah yang memencil dari seluruh friksi-friksi Khawarij dengan pekataan mereka: “Sesungguhnya seorang raja apabila berhukum dengan selain hukum syara’ maka dia menjadi kafir dan rakyatnya menjadi kafir, baik rakyat yang mau mengikuti raja itu ataupun rakyat yang tidak mau mengikutinya”.
Berdasarkan uraian singkat sejarah munculnya pemikiran ekstrim dalam Islam, dapat disimpulkan bahwa pemikiran ekstrimisme dari masa ke masa sesungguhnya sama saja, ajaran mereka hanya pengulangan yang telah diyakini kelompok ekstrim pada masa sebelumnya dan yang berubah hanyalah nama-namanya saja. 

Sabtu, 07 April 2012

Undangan Seminar







Nomor : 03/E-00.PANSMNR/V/1433
Lamp   : 1 bendel
H a l    : Undangan  Seminar

Pare, 01 April 2012



Kepada
Yth. Ka. Remaja Masjid Se-Kab. Kediri
Di
Tempat


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Dalam rangka  mempererat ukhuwah islamiyah serta follow up agenda silaturrahim remas se-Kab. Kediri yang dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2012, kami Ramaja Masjid Agung AN NUUR Kabupaten Kediri mengharap kehadiran Bapak/Ibu/ Sdr/I :

H a r i            : Jum`at
Tanggal         : 13 April 2012
Waktu           : 13.00 s/d selesai
Tempat          : Masjid Agung AN NUUR Kabupaten Kediri
Acara             : Seminar dengan tema “Mewaspdai Paham-Paham Radikal dalam Islam”
Pemateri        : Al Syekh Al Habib Khalil Dabbagh Al Hasani
dari Global University Bairut Lebanon

Demikian atas perhatiannya kami sampaikan banyak terima kasih.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Panitia Seminar
Ketua                                                                           

 ttd

Asy’ari Masduki, MA