EKSTRIMISME DAN
BAHAYANYA (1)
(Materi Al Syaikh al Habib Khalil Dabbagh al Hasani
Dalam Seminar Internasional
Remas AN NUUR Pare)
Allah
memerintahkan kita untuk mendakwahkan Islam dengan hikmah dan mauidzah
hasanah. Allah ta’ala berfirman:
ادْعُ إِلى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ
Maknanya:
“Menyerulah pada jalan tuhanmu dengan hikmah dan mauidhah hasanah (nasehat yang
baik).
Pada
masa sekarang ini, kita melakukan al amr bil ma’ruf dan ‘an nahi al munkar (memerintahkan
yang baik dan melarang yang munkar), namun itu semua harus kita lakukan dengan
hikmah, dengan kata-kata yang bagus, wajah yang berseri-seri, dengan senyuman, dengan
menjelaskan dalil, dengan memberikan nasehat kepada masyarakat, karena kita
mencintai kebaikan pada mereka. Kita menginginkan mereka tetap teguh pada ajaran
Ahlussunnah wal jama’ah, namun apabila ada di antara mereka yang menyimpang
dari ajaran Ahlussunnah maka maka itu semua adalah karena kehendak Allah.
Pada
masa sekarang ini, banyak orang yang berfatwa dengan fatwa-fatwa berdasarkan
hawa nafsu, sehingga kerusakan semakin menyebar dan bertambah di Negara ini. Ulama
yang baik semakin sedikit dan ulama yang buruk yang tidak memahami ajaran Islam
dengan benar semakin banyak, sehingga
menyebarlah kerusakan dan semakin banyak
kesalahan dalam agama.
Akibat
dari semua ini adalah munculnya fenomena ekstrimisme, fenomena al ghluluw
fiddin (berlebih-lebihan dalam agama). Ekstrimisme artinya melenceng atau
terpelesat dari jalan yang benar dalam pemikiran bukan terpeleset mobilnya.
Seseorang yang terpeleset kendaraannya maka semoga Allah memberi perlindungan
padanya, sedangkan orang yang terpeleset pemikirannya maka semoga Allah
memberinya petunjuk padanya. Orang yang terpeleset pemikiran dan amaliahnya
menyebabkan seseorang menjadi orang yang ghuluw (berlebihan) dan keras
dalam beragama sehingga menyalahkan semua orang selainnya.
Dengan
demikian ekstrimisme adalah sebuah ungkapan untuk menyebut tindakan orang yang
menyimpang dari syara’ yang mengambil posisi yang sangat tajam di antara salah
satu dari dua sisi yang saling bertentangan, masing-masing dari keduanya
bertujuan untuk merealisasikan tujuan-tujuan tertentu, atau merubah status
sosial tertentu dengan cara yang bertentangan dengan agama.
Ekstrimisme
tidak terjadi hanya pada masa sekarang saja, tetapi telah terjadi sejak dahulu.
Namun pemikiran ini kembali menyebar secara luas pada masa sekarang. Orang yang
ekstrim biasanya akan cenderung keras, tidak takut sama siapapun, karena ia
menyangka hanya dia yang benar sedangkan yang lain adalah salah, bahkan ia
tidak takut pada Negara sekalipun.
Pada
ekstrimis ini memiliki kecerdikan untuk menarik simpati masyarakat, mereka biasanya
menunjukkan diri seolah-olah menjadi orang-orang yang didlalimi. Itu semua mereka
lakukan agar dapat mengumpulkan kelembutan dan belas kasih dari masyarakat
sehingga mereka menyangka bahwa merekalah yang benar. Padahal tujuan mereka melakukan
itu adalah untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan, dan pada umumnya mereka
menginginkan untuk dapat duduk dalam pemerintahan, atau menekan/mempresser
Negara agar pemerintah dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan.
Di
antara contoh pemikiran ekstrim adalah pemikiran seseorang yang mengatakan
bahwa semua orang adalah kafir kecuali hanya saya saja. Sebab utamanya adalah
kebodohan dalam agama, kebodohan menghantarkan dia untuk mengkafirkan semua manusia
dan hanya dia saja yang muslim. Ketika ia mengkafirkan manusia seluruhnya berarti
dia telah menghalalkan darahnya dan menghalalkan untuk membunuh mereka bahkan
ia menganggap membunuh seorang muslim adalah jihad dan bahkan ia menganggap
membunuh adalah jalan untuk masuk surga.
Dengan
demikian ekstrimisme sangat membahayakan, karena sikap ini apabila menyebar
dalam masyarakat maka ia akan menghancurkan masyarakat, terutama apabila
pemikiran ekstrim ini diwujudkan dalam aksi-aksi terorisme. Mereka meletakkan
bom di masjid kita, di dekat rumah kita, di pasar kita, mereka akan membunuh
kita dan keluarga kita dengan mengatas namakan Islam.
Ekstrimisme
telah ada sejak abad pertama, pada masa itu muncul kelompok Khawarij. Mereka
mengatakan: “Ali bin Abi Thalib kafir, Mu’awiyah kafir, Abu Musa al Asy’ari
kafir, Amr bi Ash kafir”. Karena kelompok ini menganggap bahwa mereka telah
berhukum dengan hukum manusia. Padahal demi menghindari peperangan antara umat
Islam sayyidina Ali mengutus seseorang untuk mewakilinya sebagai hakim,
demikian juga Mu’awiyah mengutus seseorang untuk menjadi hakim. Dari kejadian
ini kemudian kelompok Khawarij yang mengkafirkan semua yang terlibat dan setuju
terhadap tahkim.
Bahkan
kelompok Khawarij juga mengkafirkan Aisyah, Thalhah dan Zubair. Mereka
mengkafirkan semua orang yang melakukan maksiat. Padahal tidak ada seorangpun
di antara kita yang terjamin tidak pernah melakukan maksiat. Khawarij dalam
perkembangannya terpecah menjadi 20 kelompok yang satu dengan lainnya saling
mengkafirkan. Rasulullah telah mengisyaratkan kemunculan kelompok ini,
Rasulullah menunjuk seseorang yang darinya akan muncul kaum Khawarij ini,
beliau bersabda:
يَخْرُجُ
فِيْكُمْ قَوْمٌ تَحْقِرُوْنَ صَلَاتُكُمْ مَعَ صَلَاتِهِمْ وَصِيَامُكُمْ مَعَ صِيَامِهِمْ
وَعَمَلُكُمْ مَعَ عَمَلِهِمْ وَيَقْرَؤُوْنَ اْلقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ
يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ
السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
Maknanya:
“Akan muncul pada kalian kaum yang shalat kalian kalah dengan shalat mereka dan
puasa kalian kalah dengan puasa mereka dan amal kalian kalah dengan amal
mereka, mereka membaca al Qur’an tidak sampai melewati tenggorokan, mereka
keluar dari agama sebagimana anak panah melesat dari busurnya”
Diantara
contoh pemikiran ekstrimisme adalah pemikiran kelompok Sabaiyyah yang muncul pada
zaman sayyidina Ali bin Abi Thalib –semoga Allah meridhainya. Mereka mengatakan pada
sayyidina Ali -karramallahu wajhah-: “Engkau adalah tuhan kami dan
pencipta kami dan pemberi rizki kami”. Kemudian imam Ali –rahimahullah-
membakar sebagian di antara mereka setelah sebelumnya diminta untuk bertaubat.
Kemudian
setelah itu, terjadi lagi fitnah kelompok Muktazilah Qadariyah yang mengingkari
taqdir Allah terhadap keburukan, mereka mengatakan: “Seungguhnya manusia itu
menciptakan perbuatannya”. Karena perkataannya ini maka para ulama Ahlussunnah
mengkafirkan mereka.
Kemudian
muncul kelompok Murjiah yang mengatakan: “dosa tidak membahayakan dengan
adanya keimanan sebagaimana ketaatan tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran”.
Perkataan mereka “ketaatan tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran”
adalah perkataan yang benar. Sedangkan perkataan yang pertama: “dosa tidak
membahayakan dengan adanya keimanan” adalah perkataan yang rusak dan
bertentangan dengan ijma’ umat Islam.
Kemudian
juga muncul kelompok Jabriyah yang mengatakan: “pada hakikatnya tidak ada
perbuatan dan tidak ada kehendak bagi seorang hamba dalam perbuatan-perbuatan
mereka”. Mereka menafikan masyiah (kehendak) manusia dan menjadikan
manusia seperti bulu dalam hembusan angin. Padahal Allah telah menetapkan
adanya masyiah (kehendak) pada manusia dalam firman Nya:
$tBur tbrâä!$t±n@ HwÎ) br& uä!$t±o ª!$# >u úüÏJn=»yèø9$# ÇËÒÈ
Maknanya:
“Dan kamu tidak menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan
semesta alam”.
Demikianlah
seterusnya pemikiran ekstrimisme selalu muncul pada setiap zaman, namun
terkadang pemikiran ini melemah dan terkadang menguat. Apabila para ulama
bersemangat dalam mengingatkan dan memperingatkan manusia dari bahaya pemikiran
ekstrim ini maka ekstrimisme melemah. Sebaliknya apabila para ulama tinggal
diam, tidak mau memperingatkan umat dari bahaya ekstrimisme maka ekstrimisme
semakin kuat. Semakin kuat ilmu dan pengetahuan terhadap agama pada umat Islam
maka ekstrimisme semakin lemah dan apabila ilmu agama lemah pada umat Islam
maka ekstrimisme akan menyebar.
Karena
ekstrimisme tidak akan dapat mengambil orang yang terpelajar, ekstrimisme hanya
mengambil orang-orang yang bodoh. Karena ekstrimisme tidak akan ada pada orang
yang berilmu.
Apa
keinginan para ekstrimis? Keiginan mereka adalah menghancurkan agama, namun
menghancurkan agama juga berarti menghancurkan Negara dan itu juga akan menghancurkan
rumah. Apabila kita tidak memperingatkan masyarakat dari bahaya ekstrimisme
maka pemikiran ini akan masuk rumah kita dan menghancurkannya.
Para
ekstrimis adalah seperti rayap yang memakan kayu di rumah kita, mereka tidak
minta uang, mereka tidak minta memberinya minum atau makan. Mereka hanya minta
satu permintaan saja agar kita mendiamkan dan membiarakannya. Namun apabila
rayap itu kita biarkan maka rumah kita akan dihancurkannya.
Para
ekstrimisme tidak minta uang dari kita, tidak minta makan dari kita, tidak
minta miunum dari kita. Mereka hanya minta kepada kita agar kita diam dan tidak
memperingatkan bahaya pemikiran mereka. Dan apabila kita membiarkannya maka
mereka akan menghancurkan Negara kita.
Karena
itu menjaga lebih baik dari pada mengobati, sebelum umat Islam terjangkit
penyakit ekstimisme yang sangat kronis ini maka sebelumnya mereka harus kita
bekali dengan ilmu agama yang benar dan kita peringatkan mereka dari bahaya
pemikiran ekstrim. Bersambung…