Masjid Agung AN NUUR Kab. Kediri

Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 16 Desember 2011

TAFAKKUR: IBADAH YANG SANGAT AGUNG

TAFAKKUR:  IBADAH YANG SANGAT AGUNG
Oleh : Ust. Asy`ari Masduki,MA



Salah satu ibadah yang  teragung yang telah diperintahkan oleh Allah ta’ala adalah tafakkur (memikirkan makhluk Allah ta’ala).  Banyak sekali di dalam al Qur’an ayat-ayat yang memerintahkan umat mansuia untuk memikirkan makhluk Allah. Di antaranya  Allah ta’ala berfirman:
tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
Maknanya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S ali Imran: 191)
Ibnu  Abbas -radhiyallahu ‘anhu- menyatakan:
تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللهِ وَلِا تَفَكَّرُوْا فِي ذَاتِ اللهِ
“Berfikirlah kalian tentang makhluk-makhluk Allah dan janganlah kalian berfikir tentang dzat Allah”
Memikirkan dzat Allah adalah dilarang, sebab akal tidak akan dapat menjangkau dzat Allah, semua yang terpikir dan terbayangkan oleh akal manusia adalah benda yang disifati dengan sifat benda seperti memiliki bentuk dan ukuran, berada pada tempat dan arah tertentu serta memiliki warna. Sedangkan Allah adalah bukan benda dan tidak disifati dengan sifat benda, ada tanpa tempat dan arah serta tidak memiliki bentuk dan ukuran. Imam Ahmad bin Hanbal dan imam Dzun Nun al Mishri mengatakan:
مَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللهُ بِخِلاَفِ ذَلِكَ
“Apapun yang terlintas dalam benak kamu tentang Allah maka Allah tidak seperti itu”
Adapun memikirkan makhluk Allah adalah ibadah yang sangat agung yang dapat meninggikan derajat seseorang menurut Allah. Karena dengan tafakkur akan menumbuhkan tiga hal pada diri seseorang.

1.       Pengakuan bahwa Allah itu ada
Suatu hari salah seorang ulama ditanya tentang bukti akan adanya Allah ta’ala, beliau kemudian menjawab: “coba lihatlah: sebuah bunga yang sama memiliki warna, bentuk dan warna yang sama, namun apabila dimakan oleh tawon maka akan menghasilkan madu, dan apabila dimakan oleh kambing maka akan menghasilkan serinthil, apabila dimakan oleh ulat maka akan menghasilkan sutera. Subhaanallah, Dari bunga yang sama tetapi menghasilkan sesuatu yang berbeda-beda baik warna, bentuk maupun bau dan rasanya. Semuanya itu menunjukkan bahwa Allah itu ada dan Dia maha kuasa terhadap segala sesuatu.
Para ulama mengatakan:
فيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصَى اْلِالَهُ            وَأَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ
وَفِي كُلِّ شَــــــــــيْءٍ ءَايَةٌ                       تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِـــــــــدُ
“Sungguh mengherankan, bagaimana Tuhan didurhakai dan bagaimana bisa orang kafir mengingkari keberadaan-Nya, padahal dalam setiap sesuatu terdapat tanda yang menunjukkan bahwa Allah itu esa (tidak ada sekutu bagi-Nya)”

2.       Pengakuan bahwa Allah tidak serupa dengan makhlukNya
Berfikir tentang makhluk akan memenculkan sebuah kesimpulan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya. Seseorang yang mau berfikir pada dirinya sendiri saja misalnya, maka dia akan berkesimpulan bahwa Allah yang menciptakan dirinya tentu tidak akan serupa dengannya. Apabila dirinya berupa benda maka Allah pasti tidak berupa benda, apabila dirinya disifati dengan sifat benda seperti bertempat, berada pada arah, memiliki bentuk dan ukuran maka Allah ada tanpa tempat, tanpa arah bukan benda yang memiliki bentuk dan ukuran. Inilah makna hadist:
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
“Barang siapa yang mengenal dirinya (bahwa dirinya adalah makhluk) maka dia akan mengenal Tuhannya (bahwa dia sang pencipta yang tidak serupa dengannya)”

3.       Pengakuan bahwa Allah maha kuasa
Ketika seseorang memikirkan makhluk Allah, maka hal itu akan menambah kekuatan keimanan dan menambah keyakinannnya terhadap kemahakuasaan Allah dan kemaha bijaksanaan Allah. Dia akan berkesimpulan bahwa Allah maha kuasa terhadap segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang dapat melemahkan-Nya, Allah adalah pencipta segala sesuatu, Allah pencipta manfaat dan madharrat (bahaya).
Sekarang, marilah kita memikirkan hal-hal yang Allah ciptakan pada diri kita!!, Allah menciptakan tangan agar kita dapat  memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita, Allah menciptakan kaki agar kita dapat berjalan, Allah menumbuhkan  gigi  kita setelah selesai masa menyusuinya dan bukan sebelumnya, agar tidak menyakiti ibu kita.
Sekarang marilah kita memikirkan alam sekitar kita!! Apabila kita perhatikan, alam semesta ini bagaikan rumah yang telah dibangun dan dipersiapkan di dalamnya segala yang kita butuhkan. Langit berada di atas sebagai atapnya, bumi digelar sebagai lantainya, bintang-bintang digantungkan sebagi lampu-lampunya. Allah menciptakan langit tanpa tiang, dan menjadikannya dengan warna biru, sebuah warna yang menyejukkan pandangan mata  meski dipandang dalam waktu lama dan bukan warna merah misalnya yang menusuk dan menyakitkan mata apabila dipandang lama. Langit yan biru menjadikan menjadikan hati orang yang melihatnya sejuk, damai dan tenang.
Allah menciptakan malam dan juga siang secara berganti-gantian, dalam terangnya siang hari kita dapat bekerja dan melakukan aktifitas untuk kelanjutan kehidupan kita di dunia, pada malam yang gelap kita dapat istirahat dengan tenang. Dan dengan adanya kegelapan maka nikmat cahaya dan terang pada siang hari akan lebih dapat kita rasakan kenikmatannya.
Allah ta’ala berfirman:
þÎûur ö/ä3Å¡àÿRr& 4 Ÿxsùr& tbrçŽÅÇö7è? ÇËÊÈ
Maknanya: “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Q.S al Dzariyat: 21)
Apabila kita mengikuti perintah Allah dalam ayat ini, yaitu kita mau berfikir tentang diri kita sendiri maka pastilah kita akan memuji Allah ta’ala sepanjang  siang dan malam, dalam keadaan duduk, berdiri atau berbaring, karena rasa syukur kita kepada Allah ta’ala yang telah melimpahkan kenikmatannya pada diri kita.  Kita diciptakan di dalam perut ibu kita kemudian kita keluar dalam keadaan  belum mengetahui apa-apa, tidak bisa berbicara, tidak bisa berjalan, kemudian kita mulai tumbuh sedikit demi sedikit sehingga kita menjadi kuat untuk berjalan dan dapat berbicara, dan kita menjadi memiliki pengetahuan yang sangat  banyak, kemudian kita menjadi seorang pemuda kemudian menjadi seorang dewasa kemudian menjadi orang tua kemudian menjadi tua renta (pikun) kemudian meninggalkan dunia ini.
Mari kita lihat makanan dan minuman kita, makanan dan minuman itu masuk kedalam rongga kita dengan melewati mulut sehingga dengan lisan, kita dapat merasakan lezatnya rizki Allah tersebut, kemudian masuk ke dalam perut dan bercampur dengan zat-zat tertentu yang telah Allah ciptakan, kemudian masuk ke dalam usus, di sana dipisahkan antara yang dapat dimanfaatkan untuk badan dan yang tidak dapat dimanfaatkan untuk kemudian dibuang keluar. Coba kita bayangkan seandainya, kotoran tersebut tidak dapat keluar, tentu akan merusak kesehatan badan kita.
سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدللهِ وَلَاإلهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ