Masjid Agung AN NUUR Kab. Kediri

Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 10 Juni 2011

INGAT MATI KUNCI KEBAHAGIAN SETELAH MATI


INGAT MATI KUNCI KEBAHAGIAN SETELAH MATI
Ust. Asy’ari Masduki, MA

Mati adalah perkara yang pasti, tidak seorangpun manusia yang dapat menghindarinya. Allah ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ اْلَموْتِ
“Setiap orang pasti merasakan kematian”(Q.S Ali Imran: 185)

Sepanjang apapun umur seseorang pasti berujung pada kematian juga. Dalam sebuah syair arab dikatakan:
اللَيْلُ مَهْمَا طَالَ لَا بُدَّ مِنْ طُلُوْعِ اْلفَجْرِ
وَاْلعُمُرُ مَهْمَا طَالَ لَابُدَّ مِنْ دُخُوْلِ الْقَبْرِ
“Malam meskipun panjang pasti ujungnya terbit fajar, umur meskipun panjang pasti ujungnya masuk kubur”

Karena kematian merupakan sesuatu yang pasti, maka Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk selalu mengingatnya. Beliau bersabda:
أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ الَّلذَاتِ
“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutuskan kelezatan (yaitu mati)”(H.R at Tirmidzi dan Nasai)

Dengan ingat mati seseorang akan termotifasi untuk lebih semangat dalam berbekal menghadapinya, yaitu dengan meningkatkan ketaqwaaan. Karena bekal kematian adalah taqwa, bukan harta dan jabatan.
Sebagai seorang yang cerdas, tentu kita akan lebih mempersiapkan sesuatu yang sudah pasti (yaitu mati) dari pada mempersiapkan hari tua yang belum tentu akan kita jalani. Rasulullah  bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ اْلمَوْتِ
“Orang yang cerdas adalah orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya dan beramal untuk kepentingan setelah mati"

Kehidupan setelah mati adalah abadi tidak seperti kehidupan dunia yang hanya sementara. Karena itu hendaknya kita lebih mengutamakan untuk membangun rumah di kehidupan yang abadi tersebut dari pada membangun rumah di kehidupan dunia yang singkat ini. Membangun rumah di akhirat adalah  dengan menjalankan seluruh aturan syari’at Allah ta’ala. Jangan sampai kita terlena dengan kenikmatan dunia yang sesaat, dan melupakan kehidupan akhirat yang abadi. Dalam sebuah syair arab dikatakan:
لَا دَارَ لِلْمَرْءِ بَعْدَ اْلمَوْتِ يَسْكُنُهَا       إِلَّا اَّلتِيْ كَانَ قَبْلَ اْلمَوْتِ بَنِيْهَا
فَإِنْ بَنَاهَا بِخَيْرٍ طَابَ مَسْكَنُهُ       وَإِنْ بَنَاهَا بِشَرٍّ خَابَ بَانِيْهَا
“Tidak ada rumah bagi seseorang yang dia tempati setelah mati kecuali rumah yang telah dia bangun sebelum mati. Apabila dia membangunnya dengan kebaikan maka rumahnya akan baik, dan apabila dia membangunnya dengan keburukan maka celakalah orang yang membangunnya” 

Forum Tanya Jawab
1.    Bagaimana caranya agar selalu dapat ingat mati?
Semakin sering seseorang ingat mati maka semakin siap dia untuk menghadapi mati, sebaliknya semakin jarang seseorang ingat mati maka semakin tidak siap untuk menghadapi mati. Lebih celaka lagi, apabila seseorang tidak pernah ingat mati, maka dipastikan dia akan masuk ke dalam kubur tanpa membawa bekal sedikitpun. Padahal sayyidina Abu Bakar mengatakan:
مَنْ دَخَلَ اْلقَبْرَ بِلَا زَادٍ فَكَأَنَّمَا رَكِبَ اْلبَحْرَ بِلاَ سَفِيْنَةٍ
“Barang siapa yang masuk kubur tanpa membawa bekal maka dia seperti orang yang mengarungi lautan tanpa dengan menggunakan perahu”

Agar seseorang dapat semakin sering mengingat mati dan akhirat maka disunnahkan bagi seorang muslim untuk sesering mungkin menjenguk orang yang sakit, bertakziyah ketika ada orang yang meninggal dan melakukan ziarah kubur, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
زُوْرُوْا اْلقُبُوْرَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ بِالآخِرَةِ
“Berziarah kuburlah kalian karena sesungguhnya ziarah kubur itu dapat mengingatkan kalian terhadap akhirat (H.R al Baihaqi)

2.    Apabila terus menerus ingat mati, kapan seseorang dapat bekerja?
Perlu dipahami bahwa ingat mati tidak identik dengan kemalasan dalam bekerja, juga tidak berarti lemas, lunglai dan tidak berdaya. Justru sebaliknya ingat mati merupakan energi yang sangat dahsyat untuk menggerakkan semangat seseorang untuk bekerja keras dan beribadah lebih giat dalam rangka berbekal untuk akhirat.
Hendaknya disadari bahwa bekal akhirat adalah taqwa (menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan Allah). Menjalankan kewajiban merupakan bekal yang paling utama bagi seseorang di akhirat, lebih besar nilainya dari pada menjalankan hal-hal yang sunnah, dalam sebuah hadits Qudsi Allah ta’ala berfirman:
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ
“Tidaklah hambaku mendekatkan diri kepadaku (dekat rahmah bukan jarak) dengan sebuah perbuatan yang lebih aku cintai dari sesuatu yang telah aku wajibkan”(H.R al Bukhari)

Perlu diketahui bahwa kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap muslim tidak terbatas pada shalat lima waktu, puasa Ramadhan atau lainnya. Namun kewajiban seorang muslim juga meliputi memberi nafkah kepada istri dan anak, anak yatim dan orang-orang lemah lainnya, membiayai dakwah Islam dan seterusnya. Semua kewajiban ini apabila dijalankan, maka akan menghasilkan pahala yang sangat besar dan dapat digunakan sebagai bekal kematian. Sebaliknya apabila hal-hal tersebut tidak dilakukan maka akan menjadikan seseorang celaka di akhirat. Dengan demikian, ingat mati berarti bekerja keras, bukan berarti malas, lemas dan tak berdaya.

3.    Apa makna bacaan takbiratul Ihram?
Salah satu cara untuk menuai khusyu’ dalam shalat adalah dengan menghayati makna bacaan-bacaan shalat. Sehingga hendaknya setiap orang selalu berusaha untuk mempelajari makna-makna bacaan shalat tersebut dengan benar. Karena apabila seseorang salah dalam memahami bacaan-bacaan shalat maka akibatnya akan sangat fatal. Di antara  bacaan-bacaan shalat yang sering disalahpahami maknanya adalah bacaan takbiratul ihram (Allahu Akbar).
Allahu Akbar maknanya adalah aku meyakini dan mengakui bahwa Allah adalah dzat yang paling besar kemulyaan, derajat  dan keagungannya, bukan besar dari segi bentuk dan ukurannya. Karena bentuk dan ukuran adalah salah satu sifat makhluk, dan Allah tidak boleh disifati dengan sifat makhluk. Sebab apabila Allah disifati dengan sifat makhluk-Nya niscaya dia serupa dengan makhluk-Nya, padahal secara akal tidak mungkin Allah (sang pencipta) serupa dengan makhluk yang diciptakannya. Allah ta’ala berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
“Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Allah (dari satu segi maupun semua segi dan Allah tidak serupa dengan sesuatupun dari makhlukNya dari satu segi maupun semua segi)” (Q.S as Syura: 11)

Sayyidini Ali –Radhiyallahu ‘anhu menegaskan:
مَنْ زَعَمَ أَنَّ إِلَهَنَا مَحْدُوْدٌ فَقَدْ جَهِلَ الْخَالِقَ اْلمَعْبُوْدَ
"Barang siapa beranggapan (berkeyakinan) bahwa Tuhan kita berukuran maka ia tidak mengetahui Tuhan yang wajib disembah (belum beriman kepada-Nya)" (diriwayatkan oleh Abu Nu'aym (W. 430 H) dalam Hilyah al Auliya', juz I hal. 72).