Masjid Agung AN NUUR Kab. Kediri

Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 11 Maret 2011

AKHLAK MULIA : DEFINISI DAN KEUTAMAANNYA

AKHLAK MULIA
DEFINISI DAN KEUTAMAANNYA
Ust. Asy`ari Masduki, MA

Misi utama Rasulullah adalah mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam, satu-satunya agama samawi dan satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah ta`ala. Raasulullah mengajak umat manusia untuk hanya menyembah Allah ta`ala dan tidak mensekutukan-Nya dengan makhluk.
Selain akidah, beliau juga mengemban misi membenahi akhlak umat manusia.Rasulullah -shallallahu`alaihi wasallam-  bersabda:

إِنَّمَابُعِثْتُ لِاُْتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَْخْلَاق
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia" (H.R al Baihaqi)

Dalam Islam, kemulliaan akhlak menjadi barometer (alat pengukur) kekuatan iman seseorang. Rasulullah -shallallahu`alaihi wasallam- bersabda:

اَْكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًااِْحْسَنُهُمْ خُلُقًا
"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang palling baik akhlaknya".(H.R at Thabarani)

Orang yang berakhlak mulia dijamin dengan surga oleh Rasulullah -shallallahu`alaihi wasallam-, Beliau bersabda :

"Aku jamin dengan sebuah rumah di surga yang paling tinggi bagi orang yang memperbaiki akhlaknya". (H.R al Baihaqi)

Menurut Allah, kedudukan orang yang berakhlak mulia setara dengan orang yang senantiasa melakukan puasa sunnah pada siang hari dan senantiasa melaksanakan shalat sunnah pada malam harinya. Rasulullah -shallallahu`alaihi wasallam- bersabda :

"Sesungguhnya dengan kemuliaan akhlaknya, seseorang benar - benar dapat sampai pada derajat as shaim (orang yang berpuasa sunnah terus menerus pada siang hari) dan derajat al Qiam(orang yang shalat sunnah terus menerus setiap malam)"(H.R al Baihaqi)

Definisi Akhlak Mulia
Pada prinsipnya seseorang dianggap telah berakhlak mulia apabila telah melakukan tiga kriteria berikut ini:
1. Berbuat baik kepada siapa pun (tanpa pandang bulu), orang yang dikenalnya maupun yang tidak dikenalnya, orang yang baik terhadapnya maupun orang yang jahat terhadapnya. Seseorang belum disebut sebagai orang yang berakhlak mulia apabila hanya berbuat baik kepada orang yang dikenalnya saja, atau apabila hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya saja, sebaliknya kepada orang yang jahat terhadapnya ia membalas dengan kejahatan serupa atau bahkan yang lebih jahat. Sebab akhlak semacam itu juga bisa dilakukan oleh seekor binatang. Seekor anjing apabila ia diurus dan diberi makan dengan baik, maka ia akan membalasnya dengan kebaikan, membantu pekerjaan dan menjaga rumahnya. Sebaliknya, apabila dia diperlakukan denngan tidak baik, maka anjing itupun akan jahat, menggigit dan menerkamnya.
Berbuat baik tanpa pamrih dan tanpa pandang bulu ini hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang dalam berbuat baik hanya mengharapkan ridha Allah. Sebab seseorang yang mengharapkan pujian dan imbalan manusia dari perbuatan baik dan imbalan manusia dari perbuatan baik yang ia lakukan, maka tentu ia akan memilih-milih dalam berbuat baik, memilih orang yang kira-kira bisa membalas dengan kebaikan yang serupa atau kalau bisa bahkan orang yang bisa membalas kebaikannya tersebut dengan kebaikan yang jauh lebih besar.
2. Mengekang hawa nafsunya dari berbuat jahat terhadap orang lain. ia harus mengekang tangannya dari menyakiti orang lain(seperti membunuh, memukul, menakut-nakuti dengan senjata atau mengambil hak orang lain). Ia harus mengekang lisanya dari menyakiti orang lain (seperti mengumpat, mengadu domba atau mencaci orang lain). Ia juga harus mengekang semua anggota badannya dari menyakiti orang lain. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
"Seorang muslim yang sempurna adalah apabila umat Islam selamat dari perlakuan jahat tangan dan lisannya".(H.R al Bukhari, Muslim, dan lainnya)

3. Bersabar ketika mendapatkan perlakuan jahat dari orang lain. Ia harus mampu mengekang hawa nafsunya untuk tidak membalas perlakuan jahat orang lain kepadanya. Sebaliknya dia harus berusaha membalas perbuatan jahat dengan perbuatan baik. Aqabah bin Amir menceritakan bahwa Rasulullah -shallallahu`alaihi wasallam- menjelaskan kepadanya tentang akhlak penduduk langit dan bumi yang paling mulia. Beliau bersabda :

"Yaitu menyambung tali silaturrahim orang yang memutus tali silaturrahim danganmu, memberikan sesuatu orang yang tidak sudi memberimu sesuatu dan memberi maaf orang yang mendzallimimu" (H.R at Thabarani)

Forum Tanya Jawab
*) Apa hukum mendengarkan orang yang sedang ghibah ?
Ghibah adalah membicarakan keburukan yang ada pada orang lain di belakang dia -tidak dihadapanya-, baik yang berkaitan dengan keadaan fisik, nasab, pakaian, rumah atau akhlaknya.
Ghibah termasuk di antara dosa besar yang paling sering menyebabkan seseorang diadzab dalam kuburnya. Bagi seseorang yang berada dalam majlis ghibah berkewajiban untuk mencegah dengan cara menasehatinya -apabila dia mampu melakukanya-. Apabila orang tersebut tidak menerima nasehat, atau dia tidak mampumemberikan nasehat, maka dia wajib meninggalkan tempat tersebut. Sebabkehadiran dia dapat memberikan motivasi orang yang sedang ghibah untuk terus ber-ghibah. Dengan demikian haram bagi seseorang berdiam dari dalam majlis ghibah, dan mendengarkan ghibah, meskipun dia tidak melakukannya. Memang dia terhindar dari dosa lisan ghibah, namun dia terperosok dalam dosa telinga, mendengar suara-suara yang diharamkan yang berupa ghibah.


Minggu, 06 Maret 2011

Membaca Shalawat Nabi

Edisi VI Jum`at 22 R. Awal 1432H / 04 Maret 2011

Membaca Shalawat Nabi
Ustd. Asy`ari Masduki, MA

 "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian untuk nabi dan ucapkanlah salam kepadanya"
(Q.S al Ahzab:56)

Keutamaan Membaca shalawat Nabi
Membaca shalawat Nabi memiliki keutamaan yang sangat besar. Orang yang membacanya akan mendapat rahmat, kemuliaan dan ampunan dari Allah ta`ala.
Rasulullah -shalallahu`alaihi wasallam- bersabda :

"Barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Allah membalasnya dengan 10 rahmat-Nya"(H.R Muslim dan Ahmad)

Rasulullah -shalallahu`alaihi wasallam- bersabda :

"Barang siapa yang bershalawat kepadaku dengan kemauannya sendiri satu kali maka Allah akan membalasnya dengan 10 rahmat dan menghapus 10 keburukannya dan mengangkat derajatnya 10 kali tingkat".(H.R Ahmad, al Bukhari, Nas`i dan al Hakim)

Makna Shalawat dan Salam Kepada Nabi
Dalam Q.S al Ahzab: 56 di atas dijelaskan bahwa Allah dan para malaikat bershalawat pada Nabi. Shalawat
Allah kepada Nabi maknanya bahwa Allah memberikan rahmat kepada beliau. Shalawat para malaikat kepada Nabi maknanya bahwa para malaikat memintakan ampunan untuk beliau. Sedanngkan shalawat kita kepada Nabi artinya kita meminta kepada Allah agar menambah kemulyaan dan keagungan untuk sayyidina Muhammad -shalallahu`alaihi wasallam-. Adapun bacaan salam kita kepada nabi artinya kita meminta kepada Allah agar memberikan keamanan terhadap hal-hal yang dikhawatirakan oleh Nabi akan menimpa umatnya.

Cara Membaca Shalawat
Para ulama menyebutkan bahwa dalam membaca shalawat kepada nabi Muhammad haruslah dengan bacaan yang benar, agar mendapatkan pahala dari bacaan shalawat tersebut. Misalnya dalam mengucapkan (ص) haruslah benar, jangan dibaca sin (س) karena dapat merubah maknanya. Dan disyaratkan juga untuk tidak menambah ya(ي) pada lafadz (صل). Karena lafadz صلي dipergunakan untuk muannats (perempuan), sedangkan Allah maha suci dari berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

FORUM TANYA JAWAB

1. Bagaimana hukum membaca shalawat dengan diiringi musik?
Para ulama membagi alat musik menjadi dua bagian; alat musik yang diharamkan dan alat musik yang diperbolehkan. Kaidahnya; setiap alat musik yang ketika dimainkan sendirian (tanpa alat musik yang lain) telah dapat menimbulkan rasa senang atau senih di hati pendengarnya maka alat musik semacam itu haram, seperti seruling, gitar, rebab, biola, dan lainya. Sedangkan alat musik yang tidak demikian ,maka diperbolehkan seperti rebana, bedug dan lainya. Membaca shalawat dengan alat musik yang diharamkan adalah haram, sedang dengan alat musik yang diperbolehkan seperti rebana maka diperbolehkan.

2. Apakah ada waktu - waktu khusus untuk bersholawat Nabi?
Secara umum, umat Islam dianjurkan bershalawat Nabi, kapan dan dimanapun dia berada. Namun ada waktu - waktu tertentu yang memiliki kekhususan dalam membaca shalawat dan  bahkan dalam sebagian waktu tersebut hukum membacanya adalah wajib; antara lain:
1) Setelah tasyahud akhir, Imam Syafi`i mengatakan wajib, sedangan para ulama Malikiyah mengatakan sunnah.
2) Setelah takbir kedua dalam shalat janazah
3) Ketika nama beliau rasulullah disebut, Rasulullah -shallallahu`alaihi wasallam- bersabda:

إِنَّالبَخِيْلَ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلَّ عَلَيَّ
"Orang yang bakhil adalah orang yang nama saya disebut dihadapanya dan dia tidak mau bershalawat kepadaku" (H.R Ibnu Hibban)

4) Ketika berdo`a; dianjurkan berdo`a agar dimulai dengan hamdalah kemudian diteruskan dengan membaca shalawat nabi.
5) Pada hari Jum`at; disunnahkan pada hari jum`at untuk memperbanyak membaca shalawat. Rasulullah -shallallahu`alaihi wasallam- bersabda:

"Barang siapa yang bershalawat kepadaku pada hari Jum`at 80 kali maka Allah mengampuni dosa - dosanya 80 tahun" (H.R ad Daraquthni)

6) Dalam khutbah Jum`at; diantara rukun dua khutbah adalah membaca shalawat Nabi.

3. Apakah sama membaca shalawat dan memuji nabi?
Membaca shalawat dan pujian terhadap nabi sama-sama dianjurkan dalam Islam. Namun dari segi makna keduanya berbeda. Makna shalawt sebagaimana telah dijelaskan di muka, sedangkan pujian kepada Nabi artinya menyebutkan kebaikan, kemuliyaan dan keagungan Rasulullah, baik dari segi fisik, akhlak maupun perjuangan beliau. Mengucapkan pujian kepada Rasulullah hukunya boleh dengan ijma`(kesepakatan umat Islam). Allah ta`ala berfirman:

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung". (Q.S al Qalam:4)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ada sejumlah perempuan yang memuji nabi dengan mengatakan:

"Muhammad adalah seorang tetangga yang sangat agung" (H.R Ibnu Majah)

Meskipun demikian, tidak boleh berlebihan dalam memuji Rasulullah (al Ghuluw) sehingga mensifati beliau dengan sifat ketuhanan. Dlama sebuah hadits, Rasulullah -shalallahu`alaihi wasallam- bersabda,

Makanya:
"Jangan kalian menyanjungku sebagaimana orang Nasrani menyanjung putra Maryam (Isa) sesungguhnya aku adalah hamba Allah, maka katakanlah hamba Allah dan rasulNya" (H.R Al Bukhari)

Diantara contoh pujian yang melampaui batas yang diperintahkan terhadap Rasulullah adalah perkataan sebagian orang bahwa Rasulullah mengetahui segala sesuatu, termasuk semua perkara yang gaib. Perkataan seperti ini bertentangan dengan nash-nash al Qur`an yang menjelaskan bahwa hanya Allahlah yang mengetahui segala sesuatu. Salah satunya adalah firma Allah :
وَهُوَبِكُلِّ شَىْءٍعَلِيْمٌ
Maknaya:"dan dia Maha mengetahui segala sesuatu"(Q.S al Hadid:3)